HARI ahad itu saya sedang di Wonosobo waktu beliau menelepon dan meminta untuk bertemu, dan karena perjalanan roadshow masih panjang serta harus melanjutkan perjalanan ke daerah yang lain (kalau tidak salah ingat ada program pertanian di Temanggung). Pertemuan tersebut di laksanakan di antara Gunung Sumbing dan Sindoro yakni di Masjid Mujahidin desa Reco Kecamatan Kertek Wonosobo.
Usia Prof Dr M Amin Aziz waktu itu sekitar 73 tahun dan masih bersemangat roadshow keliling Jawa. Kendati, ketika turun dari kendaraan dan berjalan, usia serta kesehatan beliau terasa membatasi apalagi di lehernya ada penyangga.
“Saya sekarang ini diminta dokter untuk menggunakan penyangga leher agar tulang belakang kuat.“
Saya memenuhi panggilan tersebut dan menemui di Masjid pertama di kampung desa Reco yang indah dijalur antara gunung Sumbing dan gunung Sindoro. Alhamdulillah, Allah takdirkan saya ikut membersamai masyarakat Reco dalam pembangunan awalnya dan dalam memakmurkannya.
Semangat mendakwahkan Islam dalam jalan pemberdayaan yang di lalui jejaknya oleh mentor kami itu merentang sangat dalam dan lebar dan terbaca dengan jelas dari kiprahnya menjadi pionir LSM Indonesia bersama-sama para sahabatnya seperti Adi Sasono, AM Saifuddin, Dawam Rahardjo dan Abdillah Toha.
Merekalah bidan lahirnya lembaga-lembaga yang menyuarakan pembelaan ekonomi kerakyatan. Ada Yayasan Agribisnis/Pusat Pengembangan Masyarakat Agrikarya (PPMA), Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), LPPOM MUI, Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (Pinbuk), Lembaga Studi Agama dan Filsafat (LSAF) dan lain-lain.
Selain itu kiprah pada pendirian ICMI juga cukup besar, dan di Muhammadiyah kedudukan terakhir sebelum wafat adalah Mantan Ketua Majelis Ekonomi PP Muhammadiyah.
Peran beliau pada ekonomi dan keuangan Islam nampak dari peran besarnya pada pendirian Bank Muamalat, kemudian menjabat sebagai komisaris Bank Muamalat Indonesia. Beliau pula salah satu pendiri LPPOM MUI dan pernah pula menjadi ketua.
Seperti maksud pertemuan di masjid Al Mujahidin Reco yang telah diceritakan dimuka, perjalanan panjang beliau itu karena beliau akan mendirikan Amanah Ventura Syariah. Sehingga saya diminta menjelaskan mengenai awal mula prose pendirian PBMT Ventura Capital Syariah.
Pembicaraan pada siang itu adalah sebagian saja dari bukti kegigihan dan kepeloporan beliau memperjuangkan ekonomi Islam. Sehingga setelah berdirinya Amanah Ventura Syariah menjadi makin lengkap peran sentral beliau di industri keuangan syariah Indonesia.
Bahkan meski tidak secara langsung, jejak kepeloporan beliau di ekonomi Syariah ini dikenang secara khusus bagi Tamzis bahwa secara tidak langsung adalah pendiri TAMZIS, kok bisa?
Ceritanya begini, bahwa dalam upaya pendirian tersebut beliau dan para founder pendirian Bank Muamalat ini menyelenggarakan pelbagai seminar dan untuk di Jogja ada beberapa kali seminar dibuat dengan tajuk “Dialog Bisnis ala muslim 1.”
Dimana saya mengikutinya, akan tetapi seminar berikutnya “Dialog Bisnis ala Muslim 2” saya tidak berkesempatan ikut karena sedang sibuk membangun toko di Wonosobo.
Nah, kendati tidak mengikuti tapi kemudian ada sahabat yang mengirimkan buku proceeding seminarnya.
Buku tersebut isinya sudah sangat teknis membahas cukup lengkap dan detail operasional Lembaga Keuangan Syariah (dimana waktu itu karena Islamophobia masih sangat kuat maka penyebutannya masih sangat panjang yakni BTBDSBH (Bank Tanpa Bunga Dengan Sistem Bagi Hasil)).
Buku itulah yang membuka mata saya untuk membuat BMT Tamzis.