BARISAN.CO – Persebaran lintas generasi di era masa kini, usia belia mendominasi porsi kependudukan di Indonesia. Usia belia terdiri dari usia Gen Z dan milenial. Selengkapnya, usia Gen Z yaitu mereka yang lahir di tahun 1997 sampai 2012. Usia tersebut menduduki 30 persen dari total penduduk Indonesia.
Lalu kategori usia milenial, merupakan masa usia transisi dari remaja ke usia dewasa. Mereka yang lahir pada tahun 1981 sampai 1996, porsinya sebanyak 24.5 persen dari total penduduk.
Data BPS sensus penduduk 2020 juga menyatakan, bahwa usia gen X merupakan mereka yang lahir pada tahun 1965-1980, hanya menguasai populasi sebanyak 19.7 persen. Sementara usia gen X pula merupakan usia tradisionil, mereka yang dalam hidupnya baru-baru saja mengenal teknologi. Dan saat ini sudah menginjak usia tua.
Jumlah usia yang di dominasi oleh usia milenial juga usia Gen Z, harus menjadi sikap oleh manajemen perusahaan. Faktanya alih-alih mengidamkan kolaborasi antar generasi, justru sangat rentan menjadi konflik yang cukup serius, bila tidak ada kesadaran untuk mendobraknya. Tentunya Konflik tersebut tak lain muncul dari karakteristik ego yang berbeda.
Usia Milenial dan Gen Z karena masih pada usia belia, mereka hadir penuh dengan jiwa-jiwa keberanian, juga modernisasi yang sudah melekat semenjak dini, menjadikan mereka merasa setiap idenya jitu. Juga lebih menguasai teknologi sesuai perkembangan jaman.
Sehingga, mereka menginginkan lebih atensi khusus, juga tempat yang setiap saat mampu menampung ide gagasannya. Ide-ide yang muncul dari milenial dan gen Z sendiri, cenderung ekstrim. Hal itu muncul karena dorongan diri usia belia untuk lebih ekspresif dan ingin selalu menunjukkan karakter out of the box.
Fenomena populasi di perusahaan saat ini, rerata usia milenial dan gen Z, tak sedikit yang sudah mendapatkan posisi dari middle management, dan tentu populasi mereka lebih mendominasi. Hal itu, akan membuat dinamika perusahaan rentan bersi tegang antar lintas generasi.
Sementara itu, usia gen X lebih menekankan kepada prinsip kehati-hatian, juga konsep strateginya masih bersifat konvensional, bahkan masih penuh hal-hal manual. Dengan pengalaman mengarungi langkah karirnya, generasi X merasa lebih mampu, dan merasa lebih profesional. Padahal dunia saat ini sudah berubah, sudah bertransformasi ke digital.
Menciptakan kolaborasi di perusahaan dengan situasi seperti itu sangatlah penting, agar membangun lingkungan kerja yang ideal. Sehingga, dari mereka yang usia milenial dan gen Z, dengan bekal penuh inovasinya akan memberi warna perusahaan, serta mereka di usia gen X akan melengkapi dengan sisi kehati-hatian nya.
Strategi Mitigasi Konflik Lintas Generasi
Memitigasi konflik kedua kubu tersebut, agar mendatangkan lingkungan kerja ideal, bisa dengan membangun komunikasi yang asik. Yaitu komunikasi yang bebas, tanpa melihat kedudukan, hal itu akan merangsang komunikasi yang saling menghargai antar personal.
Agenda tersebut akan baiknya jika diselenggarakan secara rutinan, yang sifatnya non formal di luar urusan kerja. Sehingga akan menstimulus interaksi lebih friendship.
Bisa melakukannya pula dengan membuat forum diskusi komunitas, mengadakan liburan bersama, ataupun bisa mengadakan olahraga yang bisa mendatangkan antusias. Seperti, sepeda santai, sepak bola, bulutangkis, dan lain sebagainya.
Mengapa mengedepankan komunikasi yang asik. Karena, rerata konflik multi generasi muncul dari komunikasi yang buruk. Sehingga yang di usia belia merasa tidak mendapatkan penghargaan atas idenya, juga mereka merasa ada tindakan intimidasi, karena mereka merasa harus mematuhi semua instruksi atasan, tanpa ada ijin menginterupsinya.