BARISAN.CO – Hubungan bilateral Indonesia-Malaysia memiliki peran yang penting dalam usaha untuk memperkuat ASEAN. Demikian disampaikan Menteri Luar Negeri Malaysia YB Dato’ Saifuddin Abdulah dalam Diskusi bertajuk “Memperkuat Peran Politik Luar Negeri ASEAN dalam Menghadapi Tantangan Global” di Universitas Paramadina, Senin (18/20/2021).
Menlu Malaysia ini juga menyatakan bahwa dari segi political security arrangement ASEAN tidak ditemui masalah berat.
“Kemalangan jiwa, peperangan antara satu wilayah dengan wilayah lain bisa kita elakkan sejak ASEAN dikukuhkan,” lanjutnya.
Dato’ Saifuddin mengatakan ASEAN centrality dan asean consensus juga berhasil mempertahankan kawasan ini khususnya laut Cina Selatan dari ancaman yang besar.
“Traditional security treat dari luar khususnya dari cina yang paling dekat dengan kita. Walaupun kita tahu kita ada case-case dimana china coast goard boat itu datang ke perairan kita,” tambahnya.
Yang terbaru tentang AUKUS menurut Menlu Malaysia ini, Australia ingin membuat kapal selam bertenaga nuklir, hingga menlu Australia menghubunginya.
“Saya beritahu secara jenaka its not make different to Malaysian, it still nuclear,”jawabnya.
Digital economy
Diskusi yang diselenggarakan Universitas Paramadina bekerja sama dengan Institut Darul Ehsan – Malaysia dan KedaiKOPI, Dato’ Saifuddin menyatakan bahwa Malaysia-Indonesia ini memiliki bersama persamaan.
Mengenai non traditional threat seperti drug, human traficking Dato’ Saifuffin menyatakan mungkin ada isu besar di sana sini.
“Yang terbaru cyber security threat, yang ini saya fikir ASEAN harus ambil peranan ini ancaman political security yang terbaru,” ucapnya.
Dari segi ekonomi, negara ASEAN belum mengoptimalkan kehadiran penduduknya yang sebanyak 650juta itu. Our intra asean trade is still very low, 25% of our whole trade. Yang ini kita jauh dibanding EU mereka jauh didepan.
Ia juga menyinggung bidang baru yang bisa dioptimalkan negara-negara ASEAN dengan cepat sebab dianggap bisa leverage dan menjadi playing ground young people, yakni digital economy. Ia juga menggaris bawahi tentang pilar sosial budaya.
“Kalau Huntington mengatakan the clash of civilization tapi kita di ASEAN melihat kawasan kita sebagai wilayah untuk dialog peradaban. Ini berlawanan dengan thesis Huntington itu,” katanya.
Dalam ketiga pilar ASEAN sebenarnya Malaysia – Indonesia ini bisa memainkan peran yang lebih besar.
Menlu Malaysia ini juga menyatakan bahwa Malaysia-Indonesia yang bersuara lantang dengan pendirian tegas bahwa untuk sidang puncak ASEAN tugas-tugas utusan khas pengungsi ASEAN agar melaksanakan 5 point consensus tentang Myanmar.
“Kalau tidak ada kemajuan yang jelas maka ini 2 negara paling awal mengatakan jangan diundang senior general itu ke ASEAN Summit. Dua pemimpin ASEAN, Presiden Indonesia membuat panggilan telepon kepada Sultan Brunei, dan Perdana Menteri Malaysia mengirim surat kepada Sutan Brunei dengan pendirian yang sama,” jelasnya.
Dalam sambutannya Rektor Universitas Paramadina Prof. Dr. Didik J. Rachbini menyatakan bahwa Malaysia sudah lepas dari middle income trap.
“Saya menyatakan selamat kepada Malaysia, dengan footbal politik yang cantik menghasilkan pemimpin muda seperti Dato’ Saifuddin,” sambungnya.
Rektor Universitas Paramadina ini menyatakan bahwa di tangan pemimpin-pemimpin muda inilah ASEAN ini akan terbentuk nantinya, dan menjadi kekuatan baru yang nanti bisa menandingi Eropa.
“Karena Indonesia ini 15 besar ekonomi dunia dan dalam waktu dekat akan menjadi 10 besar karena size penduduknya juga besar, ditambah ASEAN makin besar ini akan menentukan dunia selain kekuatan besar China dan Amerika,” jelasnya.