Scroll untuk baca artikel
Edukasi

6 Konsep Meningkatkan Rasa Percaya Diri Menurut Al Quran

Redaksi
×

6 Konsep Meningkatkan Rasa Percaya Diri Menurut Al Quran

Sebarkan artikel ini

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.(QS. Ali imran Ayat139)

“Janganlah kamu sedih oleh perkataan mereka. Sesungguhnya kekuasaan itu seluruhnya adalah kepunyaan Allah. Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Yunus Ayat 65)

3. Keyakinan dan Tindakan (iman dan amal)

Jika iman dan amal bergabung dengan ketakwaan pengetahuan pun akan diperoleh. Pengetahuan yang mengantar manusia dekat kepada Allah bukan hanya pengetahuan teoritis. Kebahagiaan dicapai hanya manakala pengetahuan dan amal berpadu.

Dale Carnegie dalam bukunya berjudul Kunci Sukses Meraih Kewibawaan dan Kekuasaan, mengungkapkan bahwa orang harus aktif, alam menghukum orang yang tidak aktif. Orang yang malas dan tidak berbuat apa-apa, menimbulkan masalah-masalah bagi dirinya sendiri.

Perhatikanlah kesukaran-kesukaran dari orang-orang cukup kaya sehingga tak memerlukan bekerja lagi. Temuilah orang yang tidak berbuat apa-apa, pasti dia itu orang yang celaka tidak bahagia. Kamar-kamar tunggu dokter urat syaraf dipenuhi oleh orang-orang yang  karena tidak bekerja menciptakan kesulitan-kesulitan dan kesukaran-kesukaran bagi dirinya sendiri yang membuat mereka sakit dan putus asa.

Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (di antara mereka) yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. Al-Maidah ayat 69)

4. Berserah Diri (Tawakal)

Menurut Yusuf Qardhawi, menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah. Orang yang tawakal akan merasakan ketenangan dan ketentraman. Ia senantiasa merasa mantap dan optimis dalam bertindak. Di samping itu juga akan mendapatkan kekuatan spiritual, serta keperkasaan luar biasa, yang dapat mengalahkan segala kekuatan yang material.

Perumpamaan tentang orang yang tawakal digambarkan oleh Buya Hamka bahwa bukanlah orang yang tawakal itu orang yang tidur dibawah pohon yang lebat buahnya seumpama buah durian. Karena kalau buah itu jatuh digoyang angin, dan orang yang tidur tersebut ditimpanya, itu adalah kesia-sian belaka.

Contoh lainnya menurutnya adalah kalau bahaya datang dari sesama manusia, maka sekiranya ada jalan sabar, atau jalan yang mengelakkan diri atau menangkis, pilihlah dulu yang pertama, yaitu sabar. Kalau tidak dapat lagi pilihlah yang kedua yaitu mengelakkan diri. Kalau tidak dapat pula barulah menangkis. Kalau hanya tinggal jalan semata-mata menangkis, tidak juga ditangkis tidak lah bernama tawakal lagi tetapi sia-sia.