Scroll untuk baca artikel
Gaya Hidup

Perempuan Selalu Benar Itu Hanya Dalih, Mau Bukti?

Redaksi
×

Perempuan Selalu Benar Itu Hanya Dalih, Mau Bukti?

Sebarkan artikel ini

Kalimat perempuan selalu benar itu hanya ungkapan toxic yang dilemparkan kepada kami di saat pertengkaran terjadi. Konflik dan pertengkaran dalam hubungan itu alami.

BARISAN.CO – Stereotip yang disematkan terhadap perempuan adalah mereka selalu benar. Itu yang sering kali kita dengar saat terjadi pertengkaran sepasang kekasih.

Tak jarang justru dibuat parodi yang mengisyaratkan perempuan jelas seperti itu. Padahal, kenyataannya tak semua hal yang dilakukan oleh perempuan itu benar di mata laki-laki.

Bagi saya pribadi amat menjengkelkan. Dan, sering kali menempatkan perempuan menjadi terintimidasi dan cenderung merasa bersalah atas kalimat toxic ini.

Perempuan tak selalu benar, begitu pun laki-laki. Kita semua manusia yang tak lepas dari kesalahan.

Tak percaya? Butuh bukti? Oke, ini beberapa contoh bahwa perempuan selalu benar itu hanya dalih kaum laki-laki yang tak ingin menyelesaikan masalah dengan jernih.

  1. Saat perempuan menggunakan make up, mereka dianggap menghabiskan uang. Kenyataannya, tak jarang laki-laki justru lebih tertarik dengan perempuan yang pandai berias. Tapi, kok berani-beraninya bilang begitu cuma ke pasangannya saja!
  2. Ketika berat badan naik dikatain gendut. Tidak bisa rawat badan. Tapi, ketika badan kurus malah dibilang bak sapu lidi. Dulu sih pas awal pacaran bilangnya begini, “Gapapa kok, aku terima kamu apa adanya,” Setelah lama pacaran malah “Haduh, gimana sih kamu jaga berat badan aja ga bisa,” Blablabla.
  3. Punya temen cowok dianggap tidak menghargai pasangannya. Tapi, giliran dia punya temen lawan jenis, “Dia cuma teman, kok,” Kesel ga sih? Katanya teman, tetapi kok sering banget jalan berduaan? Katanya temen, tapi kok perhatiannya ngalahin ke pasangan sendiri?
  4. Giliran perhatian dianggap berlebihan. Giliran cuek malah di bilang tidak peka. Actually, saya tipe cewek yang kedua. Cuek. Kalau chat pasangan secukupnya saja. Bahkan, tidak pernah nanya kamu dimana, sama siapa, dan lain sebagainya. Kalau dikasih kode, tidak akan mengerti. Sering kali, saya melihat teman-teman justru kebalikannya. Mereka yang begitu perhatian sama pasangannya justru dibilang lebay. Sungguh tidak mengenakkan!
  5. Minta perhatian dianggap manja. Banyak kasus, khususnya sih kalau pasangan yang bukan kalangan remaja. Terkadang perempuan ada waktunya ingin manja ke pasangannya. Tapi, di saat itu terjadi malahan dibilang manja. “Emang ga bisa hal kecil kayak gitu dikerjain sendiri?” Contoh kasus sederhana, misalnya saat sakit. Minta pacar beliin bubur. Emang sih doi sedang sibuk. Tapi, mulutnya itu lho bisa ga sih biasa aja? Cukup aja bilang, “Maaf, aku sibuk sayang. Aku pesenin lewat online, ya?” Lebih enak didengarnya kan? Kalau sekali minta perhatian dibilang manja. Tolong deh, ga tiap hari juga kali!
  6. Perempuan mandiri cenderung membuat laki-laki rendah diri. Di jaman emansipasi, tak jarang posisi perempuan lebih tinggi daripada laki. Contohnya, jabatan, gaji, atau pendidikan. Perempuan berhak memilih untuk meningkatkan kapasitasnya. Namun, ketika itu terjadi, laki-laki cenderung merasa pasangannya harus dibawahnya. Ini terjadi karena laki-laki umumnya memiliki harga diri lebih tinggi dan juga merasa tersaingi. Yah, mbok usaha lebih keras daripada merendah begitu.
  7. Perempuan ramah dianggap murahan. Judes dipandang sok jual mahal. Tiap perempuan punya karakter sifat yang berbeda. Tidak ada manusia yang sama, kecuali robot. Itu pun kalau diciptakan untuk tujuan dan produksi yang sama. Saya sering melihat perempuan murah senyum. Mereka dianggap murahan karena melempar senyuman ke banyak orang. Terkadang, pasangannya merasa mereka itu sesuatu yang tidak pantas seolah perempuan itu adalah hak milik mereka. Saya cenderung sosok yang judes. Tapi, apakah saya jual mahal? Tidak juga. Saya hanya mempersenjatai diri sendiri untuk tidak mudah termakan buaian laki-laki.
  8. Perempuan yang ingin romantisme dianggap terlalu banyak maunya. Wajar dong sesekali pasangan membelikan hadiah bunga atau yang lainnya sebagai kejutan. Tapi, terkadang pasangannya menganggapnya terlalu banyak maunya. Tidak menerimanya apa ada. Padahal, kan apa salahnya belikan hadiah kejutan pada pasangan? Hadiah itu tidak harus mahal. Mungkin, saya justru orang yang beruntung. Saya justru tidak suka hal yang berbau romantis. Ketika ingin hadiah, saya bilang. Dan, saya lebih memilih barangnya sendiri. Kenapa? Belum tentu hadiah yang diberikan itu sesuai dengan keinginan saya. Ketimbang tidak terpakai dan diberikan ke orang lain begitu saja, bagi saya lebih baik memilihnya sendiri.

Okay, itu dia beberapa contoh kalau kalimat perempuan selalu benar itu cuma stereotip yang dibuat-buat.

Sebagai kesimpulan, tolong hentikan kalimat itu karena perempuan tidak selalu benar dan itu hanya ungkapan toxic yang dilemparkan kepada kami di saat pertengkaran terjadi. Konflik dan pertengkaran dalam hubungan itu alami. Tergantung bagaimana sikap kedua pihak dalam menyelesaikannya.

Jadi, berhenti gunakan kalimat ini ya ketika berselisih!