Scroll untuk baca artikel
Terkini

Perkembangan Kasus Gagal Ginjal Misterius: 245 Terdiagnosis, 141 Orang Meninggal

Redaksi
×

Perkembangan Kasus Gagal Ginjal Misterius: 245 Terdiagnosis, 141 Orang Meninggal

Sebarkan artikel ini

Mayoritas pasien merupakan anak usia di bawah lima tahun (balita).

BARISAN.CO Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan jumlah pasien gangguan ginjal akut progresif atipikal di Indonesia mencapai 245 orang hingga Sabtu (22/10/2022). Mayoritas pasien merupakan anak usia di bawah lima tahun (balita).

Dilansir dari data Kemenkes, 141 di pasien gagal ginjal dinyatakan meninggal dunia. Alhasil, tingkat kematian kasus (fatality rate) ini mencapai 57,5 persen.

Data Kemenkes merupakan total kumulatif data pasien yang dilaporkan dari 26 provinsi Indonesia. Sejauh ini, Kemenkes belum memberi rincian data dan sebaran kasus terbaru.

Meski belum ada rincian, berdasarkan sebaran data sebelumnya, diketahui di DKI Jakarta ditemkuan kasus dan kematian penyakit gangguan ginjal akut progresif atipikal lebih tinggi dibanding provinsi lainnya.

Pelaksana Tugas Direktur Pelayanan Kesenatan Rujukan dr. Yanti Herman, MH. Kes, menyarankan agar orang tua untuk tidak panik, tetap tenang, namun selalu waspada.

“Orang tua harus selalu hati-hati, pantau terus kesehatan anak kita, jika ada keluhan yang mengarah ke penyakit gagal ginjal akut, sebaiknya konsultasikan ke tenaga kesehatan jangan ditunda atau mencari pengobatan sendiri,” kata dia melalui rilis yang diterima Barisanco, Senin (24/10/2022).

Kewaspadaan diperlukan terutama apabila anak mengalami gejala yang mengarah kepada gagal ginjal akut seperti ada diare, mual ,muntah, demam selama 3-5 hari, batuk, pilek, sering mengantuk, serta jumlah air seni/air kecil semakin sedikit bahkan tidak bisa buang air kecil sama sekali.

Selain itu, lanjut dr. Yanti Herman, pastikan anak tercukupi kebutuhan cairan tubuhnya dengan minum air.

“Gejala lain yang juga perlu diwaspadai orang tua adalah perubahan warna pada urine (pekat atau kecokelatan). Bila warna urine berubah dan volume urine berkurang, bahkan tidak ada urine selama 6-8 jam (saat siang hari), orang tua diminta segera membawa anak ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut,” lanjutnya. [dmr]