Scroll untuk baca artikel
Berita

Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II 2025 Belum Tunjukkan Perbaikan Struktural

×

Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II 2025 Belum Tunjukkan Perbaikan Struktural

Sebarkan artikel ini
Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II 2025
Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II 2025/BPS

Sektor industri dan ekspor belum pulih sepenuhnya, menunjukkan lemahnya fondasi struktural ekonomi nasional.

BARISAN.CO – Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II tahun 2025 tercatat sebesar 5,12 persen secara tahunan (year-on-year), menurut rilis resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Angka ini tampak menggembirakan, apalagi di tengah rasa pesimistis masyarakat terhadap kondisi ekonomi nasional yang masih dibayangi lesunya daya beli, kenaikan harga barang kebutuhan pokok, hingga kekhawatiran terhadap lapangan kerja yang tak kunjung stabil.

Namun di balik data yang tampak optimistis tersebut, terdapat sederet tantangan fundamental yang belum benar-benar terselesaikan.

Pertumbuhan kali ini ternyata masih sangat bergantung pada konsumsi rumah tangga dan momentum musiman seperti hari libur dan hari besar keagamaan, yang cenderung bersifat sementara dan tidak cukup kuat menjadi fondasi pertumbuhan jangka panjang.

BPS mencatat bahwa konsumsi rumah tangga menyumbang 54,25 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal II atau 2,64 persen terhadap pertumbuhan total.

Hal ini terdengar impresif, namun jika dicermati lebih dalam, pertumbuhan konsumsi tersebut sangat dipengaruhi oleh banyaknya hari libur nasional seperti libur dan penerimaan siswa baru, Idul Fitri, Waisak, Isa Al-Masih, dan Idul Adha. Belanja masyarakat meningkat tajam untuk kebutuhan makanan, minuman, transportasi, hingga rekreasi.

Jika belanja rumah tangga menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi, lalu apa yang terjadi ketika euforia musiman ini berakhir?

Jawabannya adalah perlambatan. Sinyal perlambatan ini bahkan sudah terasa di sektor industri.

Industri Manufaktur Masih Kontraksi
Sektor manufaktur yang semestinya menjadi penggerak utama ekonomi justru belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan berarti.

Purchasing Managers’ Index (PMI) Indonesia menurut data S&P Global untuk Juli 2025 berada di angka 49,2 – masih berada di zona kontraksi (di bawah 50,0).

Padahal sektor industri pengolahan adalah penyumbang pertumbuhan terbesar dari sisi lapangan usaha, sebesar 1,13 persen.

Dengan kata lain, industri nasional masih tertekan. Tekanan ini bisa berasal dari berbagai sisi, mulai dari melemahnya permintaan domestik maupun global, tingginya biaya bahan baku, ketidakpastian regulasi, hingga minimnya inovasi dan efisiensi produksi.

Pemerintah memang mencatat peningkatan investasi melalui Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 27,83 persen, namun tetap saja ini belum mampu mendorong manufaktur keluar dari tekanan.

Investasi tersebut juga masih belum cukup menjangkau sektor padat karya yang menyerap banyak tenaga kerja.