Kembali pada struktur pertumbuhan, dua komponen utama penyumbang pertumbuhan ekonomi adalah konsumsi rumah tangga dan PMTB.
Keduanya menyumbang lebih dari 82 persen PDB kuartal II. Namun sangat disayangkan, kontribusi ekspor yang juga sempat tumbuh sebesar 10,67 persen belum mampu membalikkan defisit neraca perdagangan barang bernilai tinggi.
Komoditas ekspor Indonesia masih didominasi oleh bahan mentah dan komoditas, bukan produk bernilai tambah dari sektor manufaktur.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi sebesar 4,04 persen secara kuartalan (quarter-to-quarter) juga ditopang oleh belanja pemerintah yang melonjak 21,05 persen.
Artinya, negara masih menjadi pemain utama dalam ekonomi, bukan sektor swasta. Padahal, keberlanjutan pertumbuhan idealnya ditopang oleh sektor swasta yang kuat dan produktif, bukan oleh pembelanjaan fiskal yang rawan inefisiensi dan korupsi.
Ketimpangan Spasial dan Struktur Ekonomi yang Belum Merata
Secara spasial, Pulau Jawa masih menjadi motor penggerak utama dengan kontribusi 56,94 persen terhadap PDB nasional.
Ini menunjukkan bahwa ketimpangan pertumbuhan antarwilayah masih tinggi. Kawasan luar Jawa seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Indonesia Timur masih tertinggal dalam kontribusi ekonomi nasional.
Upaya pemerataan pembangunan seperti pemindahan Ibu Kota Nusantara (IKN) dan pembangunan infrastruktur belum memberikan dampak signifikan dalam distribusi ekonomi secara luas.
Alih-alih merata, pertumbuhan justru masih tersentralisasi dan menjadikan daerah di luar Jawa sebagai pelengkap semata.
Pemerintah memang patut diapresiasi karena mampu menjaga pertumbuhan tetap di atas 5 persen, meski belum ada tanda-tana pertumbuhan ekonomi 8% sebagaimana janji kampanye Prabowo Subianto.
Namun pertumbuhan ini ibarat rumah yang dibangun dari kayu basah mudah lapuk dan goyah jika diterpa krisis global atau gejolak domestik.
Sektor industri yang belum pulih, ketergantungan terhadap konsumsi musiman, serta peran negara yang terlalu dominan dalam belanja menjadi sinyal bahwa ekonomi Indonesia belum sehat secara struktural.
Pekerjaan rumah yang harus segera dituntaskan antara lain: Pertama, Revitalisasi sektor industri manufaktur agar bisa naik kelas dan bersaing di pasar global. Kedua, Diversifikasi ekspor dari bahan mentah ke produk bernilai tambah.
Ketiga, Penguatan UMKM dan sektor padat karya agar daya serap tenaga kerja lebih besar. Keempat, Mendorong pemerataan pembangunan antarwilayah, bukan hanya berpusat di Pulau Jawa.
Kelima, Menjaga daya beli masyarakat di luar momentum libur dan hari besar. Reformasi struktural dan efisiensi belanja pemerintah untuk mendukung pertumbuhan jangka panjang.