Scroll untuk baca artikel
Lingkungan

Pesan Sekjen PBB: Jangan Berkarir di Perusahaan Penghancur Iklim!

Redaksi
×

Pesan Sekjen PBB: Jangan Berkarir di Perusahaan Penghancur Iklim!

Sebarkan artikel ini

Sekjen PBB, Antonio Gutteres mengatakan kepada lulusan baru universitas untuk tidak mengambil karir dengan penghancur iklim, yakni perusahaan yang mendorong ekstraksi bahan bakar fosil.

BARISAN.CO – Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Gutteres mengatakan kepada lulusan baru universitas untuk tidak mengambil karir dengan penghancur iklim, yakni perusahaan yang mendorong ekstraksi bahan bakar fosil. Itu disampaikannya di depan ribuan lulusan di Seton Hall University, New Jersey.

“Kalian harus menjadi generasi yang berhasil mengatasi darurat perubahan iklim. Meski pun, gunungan bukti bencana iklim menjulang, kita masih melihat gunungan pendanaan untuk batu bara dan bahan bakar fosil yang membunuh planet kita,” kata Antonio, Selasa (24/5/2022).

Dia menambahkan, semua tahu berinvestasi pada bahan bakar fosil adalah jalan buntu.

“Tidak ada greenwashing atau putaran yang dapat mengubahnya. Jadi, kita harus memberi tahu mereka, akuntabilitas akan datang bagi mereka yang melikuidasi masa depan kita,” tambahnya.

Ancaman perubahan iklim bukan sekadar dongeng. Sebuah penelitian yang dipublikasi oleh Science Daily pada April lalu juga menyebutkan, perubahan iklim bisa memicu pandemi berikutnya.

“Kalian memegang kartunya. Bakat kalian sangat diminati dari perusahaan multinasional dan lembaga keuangan besar. Kalian akan memiliki banyak kesempatan untuk dipilih,” tegas Antonio.

Dia berpesan agar tidak bekerja di perusahaan penghancur iklim, namun gunakan bakat untuk menuju masa depan yang diperbaharui.

Sehari sebelumnya, seorang konsultan keselamatan senior Shell berhenti bekerja setelah 11 tahun mengabdi. Caroline Dennet menuduh Shell mengabaikan risiko perubahan iklim. Dia mendesak orang lain di industri migas untuk melarikan diri selagi masih ada waktu.

Belum lama ini, dewan Shell digugat karena gagal mempersiapkan perusahaan migas multinasional itu untuk transisi dari bahan bakar fosil. Shell dianggap gagal menerapkan strategi iklim yang sesuai dengan Perjanjian Paris dan melanggar tugas mereka berdasarkan hukum Inggris.

Melansir Foreign Policy, tahun lalu, Pengadilan Belanda memutuskan Royal Dutch Shell sebagai perusahaan minyak besar terlibat dengan emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh produksi migasnya sendiri dan penggunaan hilir dari produk tersebut. Ini jadi momen bersejarah, pertama kalinya pengadilan internasional meminta pertanggungjawaban perusahaan multinasional atas perannya mempercepat perubahan iklim dan mendesak agar mengubah arah.

Gugatan di Belanda itu diajukan oleh ahli lingkungan Belanda bersama ribuan warga negara yang menuntut pertanggungjawaban Shell akibat emisi yang dihasilkan dan menjadi salah satu dari 25 penghasil emisi terbesar di dunia.

Kini, semakin banyak mahasiswa di Inggris bergabung dalam kampanye karir bebas fosil untuk melarang perusahaan pertambangan dan bahan bakar fosil di acara rekrutmen dan layanan karir. Pada bulan Maret dan April, mahasiswa di universitas Oxford, Edinburgh, Sheffield, dan Sussex semuanya mendukung kampanye tersebut. [rif]