Scroll untuk baca artikel
Kesehatan

Pistanthrophobia: Fobia yang Muncul Setelah Patah Hati

Redaksi
×

Pistanthrophobia: Fobia yang Muncul Setelah Patah Hati

Sebarkan artikel ini

Seperti fobia lainnya, pistanthrophobia biasanya dipicu oleh seseorang atau peristiwa di masa lalu.

BARISAN.CO – Saat menjalin hubungan romantis, tentu ada kisah yang menyakitkan, seperti yang dialami Dira. Setelah putus dengan kekasihnya, dia mencoba membuka diri untuk menemukan pengganti. Namun, kenyataan pahit lainnya justru yang harus dia terima.

Kini, dia pun menutup hatinya rapat-rapat dan enggan membukanya. Dia menikmati kesendiriannya, bagi Dira memiliki pasangan hanya akan menambah luka.

Dia sering kali berdalih, “Ini adalah caraku untuk menjaga hati agar tak lagi tersakiti”.

Apa yang dialami Dira bisa dikategorikan sebagai pistanthrophobia, yaitu fobia terluka oleh seseorang dalam hubungan romantis.

Tidak banyak penelitian khusus tentang pistanthrophobia. Sebaliknya, itu dianggap fobia unik yang terkait dengan situasi atau hal tertentu.

Dilansir dari Healthline, Dana McNeil, ahli perkawinan dan keluarga, mengatakan fobia ini adalah bentuk rasa takut untuk memercayai orang lain dan sering kali merupakan akibat dari kekecewaan yang serius atau akhir yang menyakitkan dari hubungan sebelumnya.

Sebagai akibat dari trauma tersebut, McNeil mengungkapkan, orang dengan fobia ini memiliki rasa takut untuk disakiti lagi dan menghindari hubungan lain sebagai cara menjaga diri dari pengalaman menyakitkan serupa di masa depan.

Ketika menghindari hubungan, kita juga akhirnya menahan diri untuk tidak mengalami aspek positif dari suatu hubungan.

Saat ini terjadi, McNeil menyampaikan, kita tidak dapat memiliki hubungan masa depan yang dapat membantu untuk mendapatkan perspektif tentang alasan hubungan sebelumnya mungkin tidak cocok untuk memulai.

Kenali Gejalanya

Gejala pistanthrophobia akan mirip dengan fobia lain, tetapi akan lebih spesifik untuk hubungan dengan orang. Secara umum, gejala fobia dapat meliputi: kepanikan dan ketakutan, yang sering kali berlebihan, terus-menerus, dan tidak masuk akal pada tingkat ancaman; keinginan kuat untuk menjauh dari peristiwa, orang, atau objek yang memicu; sesak napas; detak jantung yang cepat, dan gemetaran.

Untuk seseorang dengan fobia ini, McNeil menjelaskan gejala-gejala umum yang terlihat. Pertama, menghindari percakapan atau interaksi mendalam dengan seseorang yang berpotensi menjadi kekasih. Selanjutnya, orang dengan fobia ini enggan menerima upaya orang lain untuk melibatkan mereka dalam godaan, kencan, atau hubungan romantis. Terakhir, rasa ingin menjauh atau keluar dari percakapan yang menjadi tidak nyaman, terutama yang berkaitan dengan keintiman, kencan, atau calon pasangan romantis.

Dira mengalaminya. Dia memiliki ketiga gejala umum yang disampaikan oleh McNeill.

Semua perilaku ini dianggap tidak aman untuk pisanthrophobe, kata McNeil. Menurutnya, orang dengan fobia tersebut sangat waspada untuk membiarkan dirinya berpartisipasi dalam perilaku yang berpotensi menyebabkan kerentanan, sehingga menjauh adalah cara yang mereka pilih.

Seperti fobia lainnya, pistanthrophobia biasanya dipicu oleh seseorang atau peristiwa di masa lalu.

“Banyak orang memiliki pengalaman buruk dengan hubungan masa lalu di mana mereka merasa sangat terluka, dikhianati, atau ditolak,” kata Dr. Gail Saltz, profesor psikiatri di Sekolah Kedokteran Weill-Cornell Rumah Sakit Presbiterian NY.

Akibatnya, mereka hidup dalam ketakutan akan pengalaman serupa, yang menurut Saltz menyebabkan mereka menghindari semua hubungan.

Saltz juga menambahkan, beberapa orang dengan fobia ini mungkin tidak memiliki pengalaman dengan hubungan yang buruk. Tetap saja, mereka memiliki kecemasan yang luar biasa, rendah diri, dan ketakutan jika ada yang mengenalnya, mereka akan ditolak atau dikhianati.