Scroll untuk baca artikel
Edukasi

Pria Rentan Jadi Korban Pelecehan Seksual di Tempat Kerja

Redaksi
×

Pria Rentan Jadi Korban Pelecehan Seksual di Tempat Kerja

Sebarkan artikel ini

Laki-laki lebih cenderung takut melaporkan pelecehan seksual karena akan diserang dan dianggap lemah.

BARISAN.CO – Pelecehan seksual juga dapat terjadi pada pria. Pada tahun 2015, sebanyak 6.822 klaim pelecehan seksual diajukan ke Equal Employment Opportunity Commission Amerika Serikat (EEOC) dan 17,1 persen datang dari kaum laki-laki.

Data Komisi Kesetaraan Australia Selatan pernah mencatat rekor jumlah laki-laki membuat keluhan pelecehan seksual di tempat kerja. Disebut, hampir 1 dari 2 pengaduan pelecehan seksual yang diterima pada 2017/2018 datang dari oleh laki-laki.

Pelecehan seksual terhadap pria di tempat kerja lebih umum daripada yang dipikirkan kebanyakan orang. Penelitian Komisi Hak Asasi Manusia Australia menemukan, 23% perempuan dan 16% laki-laki mengalami pelecehan seksual di tempat kerja di Australia pada tahun 2018.

Data-data tersebut secara sekilas mematahkan salah satu mitos bahwa pelecehan seksual hanya terjadi pada perempuan.

Laki-laki lebih cenderung takut melaporkan pelecehan seksual karena akan diserang dan dianggap lemah.

Mereka juga mungkin takut akan pembalasan yang intens karena menentang budaya yang tertanam di banyak tempat kerja. Mereka bahkan mungkin lebih takut tidak akan ada mempercayai cerita mereka dan akan kehilangan pekerjaan serta keluarganya.

Jenis pelecehan seksual yang terang-terangan masih terjadi di tempat kerja. Jenis pelecehan yang lebih halus juga menjadi lebih lazim.

Misalnya, sering berkomentar tentang daya tarik karyawan, mengomentari daya tarik orang lain, berbicara tentang kehidupan seks seseorang, menanyakan tentang kehidupan seks seorang rekan kerja, berbagi gambar telanjang atau bikini wanita atau pria bertelanjang dada, mengirim teks atau email yang provokatif secara seksual, dan lain sebagainya.

Laporan Deloitte tahun 2019 mengungkapkan, pelecehan seksual di tempat kerja menelan biaya rata-rata US$2,6 miliar dalam kehilangan produktivitas atau US$1.053 per korban.

Mencegah pelecehan seksual di tempat kerja adalah demi kepentingan terbaik semua orang. Pencegahan dan kesadaran tidak hanya menciptakan ruang yang aman bagi karyawan, tetapi bahkan dapat menguntungkan.

Sayangnya, kebanyakan korban percaya bahwa perusahaan mereka tidak menganggap serius pelecehan seksual. Budaya tanpa pelecehan bukanlah sesuatu yang bisa disebutkan dan semua orang akan langsung memercayainya.

Perlu mengembangkan pelatihan reguler, kebijakan yang diperkuat dan relevan, dan pendekatan keseluruhan agar dapat mengklaim pelecehan seksual.

Jika karyawan masih menganggap organisasi mereka tidak menganggap serius pelecehan seksual, budaya tempat kerja itu sendiri perlu ditinjau.

Semua pekerja, mulai dari pimpinan hingga pekerja tingkat pemula atau pekerja lepas, harus menyadari apa yang maksud dengan pelecehan di tempat kerja dan harus mencegah atau melaporkan aktivitas tersebut jika terjadi.

Selain memberi lingkungan kerja yang aman, ini juga mencegah kerugian akibat pelecehan seksual.

Perusahaan dapat dengan mudah melakukannya dengan memberikan pelatihan pelecehan seksual yang sering dan menegakkan aturan anti-pelecehan yang ketat, serta menyediakan lingkungan kerja yang aman bagi semua karyawan. [dmr]