Puisi Hitam
Tak ada puisi untukmu hari ini
Kota telah beku oleh kata-kata plastik
Lalu para tikus di liang-liang politik
Apalagi yang kalian sesap dari ini hidup
Semangat lama pergi di hari-hari redup
Lihat, poster terpancang di rumah kaum tiran
- semua aku percaya kecuali politikus!
Masih ada suara di bawah tanah
Suara saudara-saudaramu hitam ranah
Tak kau dengar sejak matinya sosialis
Sejak liberalisme bunuh diri di tiang rasis
Lalu kehidupan baru kau sebut modern
Kenali, siapa menulis di kaos para partisan
- darahku memang dari golongan putih!
Di mana kamu di masa revolusi
Kau lahirkan anak-cucu berselera Amrik
Bukan komunis bukan kapitalis anjrit
Barangkali semacam jin turunan syahwat
Hidup dari perut ke bawah kalian keparat
Perhatikan, ideologi reformasi hanya gaya
- agamamu: keuangan yang maha esa!
Semarang, 14 Maret 2014
Corona Corona
Corona Corona, puisiku malam dan sepiku abadi
O Bill Gates mendorong drum ke panggung
Meramal setelah ebola akan tiba virus baru
Ternyata inilah sifat asli manusia yang merebak
Egois meski takut sepi dan harus bergerombol
Walau dimana sendiri ia tetap berteman tuhan
Corona Corona kekasih malang dan sajakku nestapa
Lalu Yuval Noah Herari, ini awal sebelum akhir
Teori homo sepiens menuju homo deus
Manusia ialah personae sendiri di rumah mimpi
Dalam era rekayasa genetika, chips, teknologi
Sendiri dan bertuhan baru bernama data raya
Corona Corona sayup lagu dan syairku sangsai
Saat dunia dikendalikan mesin politik non nuklir
Setiap orang menjadi sekrup mesin besar
Segala menjadi industri demi pemuasan napsu
Setelah virus hitam di abad sebelum masehi
Inilah gairah hidup saling bunuh ala barbarian
Corona Corona puisiku lembab dan gelap: rumah abadimu..!
Semarang 1 April 2020