Scroll untuk baca artikel
Blog

Punden – Cerpen Noerjoso

Redaksi
×

Punden – Cerpen Noerjoso

Sebarkan artikel ini

Sayup-sayup dari masjid kampung yang paling dekat dengan hutan terdengar suara tarkhiem pertanda sepertiga malam sudah hampir berlalu.  Namun begitu tak seorangpun mendapatkan firasat tentang semedi mereka. 

Dan ketika jiwa-jiwa itu hampir putus asa tiba-tiba saja mereka dikejutkan oleh kokok ayam hutan yang hinggap di puncak pohon Preh dekat punden keramat tersebut. 

Mungkin ayam hutan itu tak menyangka jika ada serombongan manusia yang tengah tirakatan.  Tatkala menyadari ternyata banyak orang, ayam hutan itupun segera terbang membawa keterkejutannya.  Dan sehelai bulunya jatuh tepat di pundak Makmun. 

Dan entah bagaimana tiba-tiba angin berhembus sedemikian kencangnya hingga sehelai bulu yang hampir saja mendarat di pundak Makmun itu berpindah ke pangkuan Jambul.  Dengan sigapnya Jambul segera menerkam sehelai bulu ayam hutan itu dengan girangnya. 

Ingatannya langsung melayang pada Yu Cempluk yang kini berlimpah harta.  Bukan hanya itu saja pikirannya langsung juga tertuju pada dinding rumahnya yang sudah compang-camping dimakan Ngengat.  Mirip dengan Jambul, pikiran Makmunpun segera melayang pada anak sulungnya yang kini jadi buruh gendong di pasar.  Yang kalau nanti ia kaya raya karena sehelai bulu ayam hutan itu, pastilah Dia akan membelikan kios untuk anaknya tersebut.

“Serahkan bulu ayam hutan itu padaku!  Ia milikku!” hardik Makmun seketika ketika Jambul telah menggenggamnya dengan erat.

“Tidak bisa!  Ia jatuh di pangkuanku!” jawab Jambul tak kalah kerasnya.

“Bulu itu tadi sudah mendarat di pundakku.  Angin sialan itulah yang menerbangkannya!” jawab Makmun sembari berusaha merebut sehelai bulu ayam hutan dari tangan Jambul. 

Melihat sergapan Makmun, Jambulpun segera melindungi sehelai bulu ayam hutan yang sudah ada di tangannya tersebut.

“Lebih baik Kamu berikan secara baik-baik atau Aku akan merebutnya secara paksa!” ancam Makmun dengan suara yang menggelegar.

“Ambillah kalau berani!” suara Jambul seperti menantang keberanian Makmun. 

Melihat situasi yang semakin genting itu, Kodir, Parjo Kurdi dan teman-temannya segera melerai.  Tapi langkah Makmun ternyata lebih cepat. 

Lelaki itu segera mengambil belati dari balik bajunya dan secepat kilat disarangkan ke dada Jambul.  Dan bukan hanya itu saja, belati itupun sempat merobek lengan Kodir dan Parjo yang berusaha menarik mundur Makmun.  Drama malam itu tak segera usai meski sudah memakan 3 orang. 

Kurdi dan Kusni melihat Jambul tersungkur, bukannya segera menolong tetapi malah saling berebut untuk mengambil sehelai bulu ayam hutan dari genggaman Jambul yang sudah tak bernyawa tersebut.  Dan akibatnya kedua punggung lelaki malang itupun robek oleh belati Makmun.