Tapi pada mulanya dia nekad, bermodal nol rupiah dan mencantumkan nama baptisnya. Ternyata dia justru terpilih di legislatif provinsi. Secara logika, simpatisannya sebagian besar adalah pemilih Nasrani.
Panggung yang ditunggu memang siapa yang muncul sesuai citarasa penonton. Bukan dialog atau ektingnya yang seringkali justru memuakkan. Itulah syarat primadona yang mesti memahami bahwa penonton ibarat kekasih yang membawa tiket hati.
Begitulah panggung politik di mata hati rakyat.[Eko Tunas/Budayawan]