Para jamaahpun meneriakan persetujuan Gus Mus untuk membacakan puisi Palestina.
“Ini atas permintaan, katanya Mas Timur permintaanya Kiai Ubaid. Kalau yang minta Mas Timur, tidak curiga. Kalau itu yang minta misalnya Mas Muzamil, kie podo-podo NU, kalau tidak berani nyileh jenenge wong. Karena ini Pak Timur, saya percaya. Maka saya bawa puisi palestina,” terang pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Tholibin Rembang ini.
Lalu Gus Mus menerangkan sosok pengarang puisi Palestina, “Ini puisi karangannya penyair sangat terkenal sekali di Timur Tengah. Ia kelahiran Damaskus, kumpulan-kumpulan puisinya itu dicetak seperti Al-Quran.
“Dia punya berjilid-jilid puisi, itu kalau orang tidak tahu, bisa dikira Al-Quran. Nama penyair itu adalah Nizar Qabbani,” imbuhnya.
Gus Mus kembali sebelum baca puisi memberikan tawaran baca puisi dalam bahasa Indonesia tau bahasa Arab.
“Karena permintaannya Kiai Ubaid, ya mestinya pakai bahasa arab,” katanya.
Gus Muspun membacakan puisi berjudul Palestina dalam dua bahasa yakni diawali dengan pembacaan puisi berbahasa Arab dan dilanjutkan puisi berbahasa Indonesia.
Gelaran edisi khusus Ngaji Bareng Gus Mus ini juga ada pembacan puisi dari Sosiawan Leak yang membacakan puisi berjudul Gusjigang.
Puisi-puisi yang dilantunkan bukan sekadar rangkaian kata, melainkan pembebasan jiwa yang merayakan kehidupan, cinta, dan tentu saja, syukur.
Puisi-puisi tersebut bukan hanya sekadar sajian kata-kata, melainkan juga sarana untuk merenung dan meresapi keindahan hidup.
Tidak hanya menyelami rasa syukur dan pembacan puisi, musik keroncong Svarama turut memberikan sajian musik yang menarik. Terlebih lagi kolaborasi musik dari Santri Bajingan yakni Yanuar Kurniawan, Andy Sueb, Aditya Ilyas dan Imran Amirullah.
Melodi yang dihasilkan tidak hanya menghibur telinga, tetapi juga menggugah perasaan syukur di dalam hati setiap pendengar yakni para jamaah yang menghadiri Suluk Senen Pahingan Edisi 26, meski sebelumnya hujan deras menyelimuti kota Semarang.
Kegiatan rutinan selapanan edisi khusus Ngaji Bareng Gus Mus ditutup pembacaan doa oleh KH Haris Shodaqoh. Selanjutnya para jamaah menikmati sajian rutin kegiatan yakni setelah ngaji mangan atau setelah ngaji makan bersama sambil menikmati lantunan syiir Eling-Eling Siro Manungso yang dibawakan Santri Bajingan yakni Mbah Mung Paryono, Yoko, Syarif Rahmadi, Imron Amirullah dan Suroto. []