Scroll untuk baca artikel
ragam

Redenominasi Rupiah dan Kesejahteraan Rakyat: Peluang Baru bagi Stabilitas Ekonomi Indonesia

×

Redenominasi Rupiah dan Kesejahteraan Rakyat: Peluang Baru bagi Stabilitas Ekonomi Indonesia

Sebarkan artikel ini
Redenominasi rupiah
Ilustrasi

Redenominasi rupiah bukan sekadar menghapus nol, tetapi membuka peluang baru bagi stabilitas ekonomi dan kesejahteraan rakyat?

BARISAN.CO – Redenominasi rupiah kembali menjadi pembahasan penting dalam diskursus kebijakan moneter Indonesia.

Langkah ini dipahami sebagai proses penyederhanaan nilai nominal mata uang tanpa mengubah daya belinya.

Dengan kata lain, redenominasi bukanlah pemotongan nilai uang, melainkan penghilangan beberapa digit nol untuk menjadikan transaksi lebih efisien.

Kebijakan ini telah diterapkan oleh lebih dari 70 negara sejak tahun 1960, dan pengalaman internasional menunjukkan bahwa redenominasi dapat berdampak positif ketika dilakukan pada saat kondisi ekonomi stabil.

Apa Itu Redenominasi?

Redenominasi merupakan intervensi strategis dalam kebijakan moneter yang bertujuan menata ulang struktur mata uang sebuah negara.

Menurut Udo & Agbai (2023), redenominasi mengubah nilai nominal uang tetapi tidak menyentuh nilai riil atau daya beli masyarakat. Proses ini biasanya diikuti masa transisi di mana uang lama dan uang baru berlaku bersamaan.

Contoh yang sering dikutip adalah Turki, yang pada tahun 2005 menghapus enam digit nol dari mata uang Lira.

Begitu pula Rumania yang mengurangi empat digit nol dari “leu”. Langkah ini tidak hanya memudahkan transaksi, tetapi juga memberi sinyal kuat kepada pasar bahwa pemerintah sedang melakukan perbaikan kebijakan moneter secara serius.

Mengapa Negara Melakukan Redenominasi?

Berdasarkan pengalaman banyak negara, terdapat tiga alasan utama:

1. Menghadapi hiperinflasi.
Negara-negara seperti Brazil, Argentina, dan Zimbabwe melakukan redenominasi setelah inflasi ekstrem membuat nilai mata uang lokal tidak lagi efisien untuk transaksi sehari-hari.

2. Menyederhanakan transaksi ekonomi.
Terlalu banyak nol pada mata uang menambah beban akuntansi, mempersulit pencatatan statistik, dan menghambat sistem pembayaran.

3. Meningkatkan kredibilitas mata uang.
Ketika kepercayaan publik merosot, masyarakat cenderung melakukan currency substitution atau dollarisasi. Redenominasi dapat menjadi langkah simbolis untuk mengembalikan kepercayaan tersebut dan memperkuat identitas nasional.

IMF (2003) dan Cohen (2004) menyebutkan bahwa redenominasi sering dilakukan pemerintah untuk menegaskan kembali kedaulatan moneter dan mendorong stabilitas jangka panjang.

Pengalaman Negara-Negara Lain

Pengalaman internasional memperlihatkan bahwa redenominasi bukan sekadar perubahan angka, tetapi bagian dari paket reformasi ekonomi yang lebih besar.

Turki

Turki sukses menghilangkan enam nol dari mata uangnya. Keputusan ini meningkatkan kredibilitas Lira, menurunkan risiko negara, dan mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS.

Ghana

Ghana pada 2007 menghapus empat nol dari cedi. Kebijakan ini berhasil karena didukung stabilitas ekonomi selama lima tahun sebelumnya, termasuk inflasi dan suku bunga yang terus menurun.