Argentina & Brazil
Sebaliknya, Argentina dan Brazil mengalami tantangan besar meskipun berkali-kali melakukan redenominasi. Kegagalan meredam inflasi membuat kedua negara terjebak dalam siklus penghapusan nol berulang. Ini menunjukkan bahwa redenominasi tidak dapat menggantikan reformasi makroekonomi yang mendasar.
Rusia
Rusia meromuskan redenominasi pada 1998 saat inflasi menurun. Namun tanpa reformasi fiskal dan moneter yang kuat, kebijakan itu tidak mampu menghentikan krisis; setahun kemudian inflasi kembali melonjak.
Kesimpulan umum dari seluruh pengalaman ini adalah jelas: redenominasi hanya efektif bila perekonomian sudah berada dalam kondisi stabil dan terkendali.
Dampak Redenominasi terhadap Kesejahteraan Rakyat
Walaupun tidak mengubah daya beli secara langsung, redenominasi membawa dampak penting bagi kesejahteraan rakyat, terutama dalam aspek:
Kemudahan transaksi.
Harga yang lebih sederhana mengurangi beban mental dan administrasi, terutama bagi pelaku UMKM dan konsumen.
Meningkatkan kepercayaan pada mata uang nasional.
Ketika masyarakat merasa bangga menggunakan mata uang sendiri, identitas dan legitimasi pemerintah ikut menguat.
Mengurangi biaya pengelolaan uang.
Pemerintah menghemat biaya percetakan, distribusi, dan penyimpanan uang tunai.
Mendorong investasi.
Redenominasi yang dilakukan dalam kondisi ekonomi stabil dapat menurunkan risk premium dan meningkatkan minat investor, baik domestik maupun asing.
Namun demikian, redenominasi tidak serta-merta meningkatkan konsumsi atau pendapatan masyarakat. Dampak psikologisnya bersifat positif, tetapi pengaruh riil terhadap kesejahteraan tetap ditentukan oleh fundamental ekonomi—seperti pertumbuhan, lapangan kerja, stabilitas harga, dan kebijakan fiskal yang disiplin.
Kapan Waktu yang Tepat?
- Berdasarkan rekomendasi berbagai studi internasional, redenominasi baru dapat dijalankan ketika lima syarat utama terpenuhi:
- Inflasi rendah dan stabil
- Suku bunga dan nilai tukar terkendali
- Sistem keuangan kuat dan efisien
- Kebijakan fiskal disiplin
- Kepercayaan publik terhadap pemerintah tinggi
Tanpa memenuhi kelima syarat tersebut, redenominasi justru bisa menimbulkan kebingungan dan ketidakpastian ekonomi.
Redenominasi rupiah memiliki potensi besar untuk meningkatkan efisiensi ekonomi, memperkuat kredibilitas mata uang, dan menegaskan kembali kedaulatan moneter Indonesia.
Namun kebijakan ini bukan obat mujarab bagi semua masalah ekonomi. Ia hanya akan berhasil jika didukung kondisi makroekonomi yang stabil dan reformasi struktural yang konsisten.
Bagi masyarakat, redenominasi harus dipahami sebagai langkah administratif yang tidak memengaruhi daya beli, tetapi berdampak pada kemudahan transaksi dan kebanggaan nasional.
Dengan persiapan matang dan komunikasi publik yang tepat, redenominasi berpeluang menjadi momentum untuk memperkuat kesejahteraan rakyat dan stabilitas ekonomi Indonesia dalam jangka panjang. []









