BARISAN.CO – Australia membatalkan kerja sama dengan Perancis dalam membangun kapal selam dan mengalihkan anggarannya untuk membuat kapal selam bertenaga nuklir yang bekerja sama dengan Amerika Serikat.
Tak tanggung-tanggung, Australia akan membangun delapan kapal selam bertenaga nuklir sekaligus. Hal ini merupakan langkah awal dari bentuk kerja sama keamanan Australia dengan Amerika Serikat dan Inggris. Kerja sama tiga negara ini diduga untuk menandingi kekuatan militer Tiongkok di kawasan pasifik.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan Australia akan membatalkan kesepakatan senilai 40 miliar dolar AS dengan Perancis untuk mengembangkan kapal selam konvensional. Dana tersebut akan digantikan dengan hasil bernegosiasi selama 18 bulan dengan AS dan Inggris untuk membangun delapan kapal selam bertenaga nuklir.
“Australia tidak memiliki rencana untuk memperoleh senjata nuklir dan proposal ini akan tetap konsisten dengan komitmen lama Australia terhadap non-proliferasi nuklir,” kata Morrison.
Australia juga akan meningkatkan kemampuan serangan jarak jauhnya. Penambahan ini akan melibatkan rudal jelajah Tomahawk yang dikerahkan pada kapal perusak angkatan laut dan rudal udara-ke-permukaan untuk jet FA-18 Hornet.
“Dunia kita menjadi lebih kompleks, terutama di sini di kawasan kita, Indo-Pasifik. Untuk memenuhi tantangan ini, untuk membantu memberikan keamanan dan stabilitas yang dibutuhkan kawasan kami, kami sekarang harus membawa kemitraan kami ke tingkat yang baru,” kata Morrison.
Kebijakan Pertahanan Indonesia
Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi mengatakan, kehadiran kapal selam nuklir Australia tentu akan berdampak signifikan pada arah kebijakan pertahanan Indonesia. Peta dan skenario ancaman bisa berubah, yang diikuti oleh penyesuaian-penyesuaian dalam pembangunan postur pertahanan.
“Kehadiran kapal selam nuklir itu jelas merupakan potensi ancaman langsung bagi kedaulatan Indonesia,” kata Fahmi dikutip dari Kompas.com.
Selama ini, kata dia, Indonesia dihadapkan pada banyak tantangan dan gangguan di perairan yang sangat luas, baik di atas maupun di bawah permukaan. “Ke depan, sulit membayangkan pergerakan armada itu (kapal selam nuklir), nantinya tidak akan mengganggu dan merepotkan,” kata Fahmi.
Menurut Fahmi, rencana Australia membangun armada kapal selam nuklir itu bukan hanya menjadi ancaman bagi Indonesia, tetapi juga bagi kawasan Asia Pasifik. “Terutama terhadap masa depan zona bebas nuklir Asia Tenggara, serta meningkatkan ketegangan,” kata dia.
Sementara itu, Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana mengatakan, Indonesia dapat meminta kepada ASEAN untuk mengadakan sidang khusus yang intinya menentang rencana pembangunan kapal selam nuklir oleh Australia.
“Hasil sidang ini kemudian disuarakan,” katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (21/9/2021).
Kedua, Indonesia mendekati China karena China sebagai pesaing AS menentang rencana Australia tersebut. “Indonesia dalam isu ini memiliki garis kebijakan yang sama dengan China,” jelas Hikmahanto.
Harapannya adalah AS akan khawatir jika Indonesia akan bersekutu dengan China dan karenanya akan menghentikan rencana Australia membangun kapal selam bertenaga nuklir. Langkah terakhir adalah Indonesia mendekati Perancis yang menentang keras rencana AS, Inggris, dan Australia tersebut.
Selain itu, lanjut Rektor Universitas Jenderal A Yani ini, Indonesia dapat mendorong agar Perancis membawa isu ini dalam sidang Dewan Keamanan PBB.