Scroll untuk baca artikel
Lingkungan

Ribuan Warga Tolak Alih Fungsi Lahan Hutan Lindung Gunung Nagasari Banjarnegara

Redaksi
×

Ribuan Warga Tolak Alih Fungsi Lahan Hutan Lindung Gunung Nagasari Banjarnegara

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Ribuan masyarakat yang tergabung dalam Lingkar Warga Gunung Nagasari melakukan unjuk rasa di lapangan Balai Desa Karangtengah, Banjarnegara, Jawa Tengah. Lingkar warga Gunung Nagasari ini terdiri dari warga Desa Karangtengah, Bakal, Condong, Gempol, dan Pakisan.

Aksi terjadi karena terdapat alih fungsi lahan hutan lindung Gunung Nagasari yang dilakukan oleh sejumlah masyarakat Desa Karangtengah dan Desa Bakal yang mengatasnamakan kelompok tani hutan pada Minggu, 25 September 2022.

Menurut Warga Desa Bakal, Rizal sebelumnya, pada tanggal 6 September telah terjadi pertemuan antara warga Desa Bakal, Karangtengah, Condong, Gempol, dan Pakisan bersama dengan Polisi Hutan, Polsek Batur, Forkompica Batur, Koramil Batur, beserta perangkat desa terkait. Pertemuan ini menghasilkan kesepakatan untuk komitmen menjaga kelestarian Gunung Nagasari.

“Selain itu, warga di lima desa juga membuat maklumat masyarakat Lestari Kaki Gunung Nagasari,” imbuh Rizal.

Maklumat yang berisi penolakan segala bentuk aktivitas dan tindakan yang berdampak kepada kerusakan lingkungan, keterancaman kelestarian mata air, kelesatarian ekosistem, dan ruang hidup masyarakat.

Dalam aksi ini, warga menuntut pemerintah terkait (Perhutani, Polsek, Koramil, Perangkat Desa) untuk menindak tegas pelaku perusakan hutan lindung. Perusakan yang dilakukan adalah bagian dari pengkhianatan terhadap maklumat yang telah dibuat.

Pada peringatan Hari Tani Nasional yang diperingati setiap tanggal 24 September, di Pendopo Pondok Pesantren Al-Itqon Bugen, Pedurungan, Kota Semarang  diselenggarakan nonton bareng dan Sarasehan Tani dengan tema “Air Mata Air”, Minggu (25/9/2022). Sebagai pemantik KH Ubaidillah Shodaqoh.

Kegiatan nobar dua film tersebut menengahkan betapa pentingnya air bagi kehidupan para petani. Namun seiring pembangunan industry menjadikan ketersediaan air makin tercemar, sehingga berakibat terjadinya kerusakan lingkungan.

Bahkan dalam sesi seminar kebencanaan, KH Ubaidillah Shodaqoh yang juga Rois Syuriah PWNU Jawa Tengah menyampaikan bahwa Jawa Tengah salah satu provinsi dengan kerawanan tinggi terjadi bencana.

Sehingga untuk mengatasi persoalan bencana dibutuhkan anggaran yang besar. Oleh karena itu saatnya menyadari betapa pentingnya menjaga alam. Jika kita menjaga alam, maka alampun akan menjaga kita.