Kampung Inggris adalah lembaga kursus tepat untuk anak muda yang ingin belajar bahas Inggris dengan harga terjangkau.
BARISAN.CO – Jum’at (21/1/2021) lalu, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengunjungi Kampung Inggris. Karena kunjungan tersebut, ia terinspirasi membuat Kampung Inggris di Jawa Barat (Jabar).
“Tak ada yang tidak mungkin dibangun seperti ini di Jabar,” katanya saat kunjungan kerja ke Kampung Inggris di Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri.
Menurutnya kemampuan bahasa Inggris seharusnya dikuasai anak muda di era saat ini. Untuk itu, pemerintah perlu menyiapkan fasilitas pendukungnya.
Namun, lanjut Emil, mengembangkan Kampung Inggris seperti di Kediri membutuhkan waktu yang panjang. Kendati demikian, dirinya telah mempelajari proses dan teknis pengembangan suatu wilayah yang punya kekhasan tertentu.
“Saya sudah pelajari, tidak sederhana itu memang karena butuh waktu untuk mengedukasi,” ujar pria yang akrab disapa Kang Emil tersebut.
Lantas apa sih Kampung Inggris itu? Mengapa Kang Emil ingin sekali membangunnya di Jawa Barat?
Kampung Inggris merupakan julukan sebuah perkampungan yang memiliki banyak lembaga kursus. Saat ini jumlahnya mencapai ratusan, terletak di sekitar Jalan Anyelir, Jalan Brawijaya, Jalan Kemuning di Desa Tulungrejo dan Desa Palem, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
Namanya kian tersohor dari waktu ke waktu. Tidak saja karena biaya kursusnya yang murah, tapi Kampung Inggris telah terbukti membantu ratusan orang dalam menggapai impiannya kuliah atau bekerja di luar negeri.
Keberadaan Kampung Inggris tidak terlepas dari peran Kalend Osein. Ia merupakan santri asal Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur yang belajar di Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur.
Karena mengalami kesulitan biaya, ia terpaksa meninggalkan bangku sekolahnya pada saat kelas lima. Ia kemudian bertemu dengan seorang ustadz, KH Ahmad Yazid. Konon, ustadz tersebut menguasai delapan bahasa asing. Kalend kemudian belajar dan tinggal secara gratis di Pesantren Darul Fallah, Desa Palem, Kecamatan Pare milik Ustaz Yazid.
Suatu hari, dua mahasiswa datang ke pesantren. Mereka berniat belajar bahasa Inggris lantaran akan menghadapi ujian negara. Namun, kala itu Ustaz Yazid sedang berada di luar daerah. Ia kemudian menyuruh kedua mahasiswa tersebut bertemu Kalend. Mereka pun diterima dengan baik dan Kalend mengajarinya dalam waktu yang sangat singkat. Hanya lima hari.
Usai menyelesaikan kursus singkat itu, keduanya kembali ke rumah. Setelah satu bulan kemudian, keduanya kembali dan mengabarkan telah lulus ujian.
Cerita itu pun tersebar di kalangan mahasiswa IAIN Sunan Ampel, Surabaya. Banyak mahasiswa yang tertarik belajar dengan Kalend. Kemudian pada 15 Juni 1977, Kalend mendirikan lembaga kursus dengan nama Basic English Course (BEC) di Dusun Singgahan, Desa Palem, Kecamatan Pare, Kediri.
Semakin hari BEC semakin berkembang. Banyak mahasiswa yang berdatangan untuk belajar. Tingginya minat membuat BEC membuka beberapa cabang dengan nama yang berbeda. Dua lembaga kursus itu bernama Happy English Course (HEC 2) dan Effective English Conversation (EECC).
Kalend kemudian mendorong murid-muridnya untuk mendirikan lembaga kursus lain. Beberapa muridnya kemudian membuka lembaga kursus, meneruskan trik belajar bahasa Inggris ala Kalend yang singkat kepada masyarakat. Perlahan demi perlahan, lembaga kursus di desa tersebut semakin bertambah. Saat ini, jumlahnya mencapai ratusan.
Tempat kursus itu berdiri atas nama perseorangan maupun kelompok. Warga yang merasa memiliki kemampuan bahasa Inggris mumpuni bahkan percaya diri membuka kursus privat di rumahnya. Hanya bermodalkan tikar atau karpet, rumah sepetak, dan bangku – bangku mini, mereka bisa mendapatkan puluhan murid.