BARISAN.CO – Media sosial membuat banyak orang ingin menampilkan kehidupannya termasuk makanan yang ia makan. Tak mengherankan rasanya jika pengguna mengambil gambar dan mempostingnya di akun pribadi masing-masing. Sayangnya, sebuah studi terbaru dari perusahaan riset pemasaran, OnePoll menemukan satu dari tiga orang memesan makanan hanya untuk konten, bukan untuk dikonsumsi.
Survei yang dilakukan terhadap 2.000 orang tersebut mengungkapkan 40 persen diantaranya mengunggah gambar makanan atau minuman yang tidak dikonsumsi sendiri, 19 persen lainnya sejak awal tidak memiliki niatan untuk memakannya, sedangkan 27 persen respondem menyebut akan memberikan dorongan bagi pola makan mereka selama bertahun-tahun.
Survei itu juga menemukan 57 persen orang secara fisik akan mengatur ulang tatanan mejanya untuk memperoleh sudut foto terbaik dan enam dari 10 responden (59 persen) mengaku meminta temannya untuk tidak memakan pesanan sebelum gambarnya diambil atau sebaliknya.
Mengutip dari theworldcounts.com, sekitar 1,3 miliar ton makanan terbuang sia-sia tiap tahun. Diantara jumlah tersebut, 35 persennya dibuang begitu saja oleh supermarket, toko, rumah tangga, meski masih layak untuk dikonsumsi.
Media sosial telah mengubah pola konsumsi beberapa orang termasuk soal makanan. Padahal pandemi ini telah memukul jutaan orang miskin di dunia menjadi kelaparan seperti yang disebutkan dalam laporan Oxfam tentang jumlah kematian akibat kelaparan lebih tinggi dibandingkan Covid-19 yang membunuh sekitar tujuh orang tiap menitnya.
PBB bahkan memperingatkan soal gangguan pasokan rantai makanan akibat pandemi. Hal itu membuat masyarakat di negara-negara miskin semakin rentan mengalami malnutrisi dan kelaparan. Pada 2019, World Food Program meluncurkan program “Stop the Waste” untuk mengurangi limbah serta mengingatkan bahwa sepertiga makanan di dunia berakhir di tempat sampah.
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB tahun 2030 ialah memotong setengah limbah makanan global di tingkat ritel dan konsumen per kapita, serta mengurangi kehilangan produksi dan rantai pasokan makanan.
Untuk mendukung limbah sampah yang dihasilkan setiap tahun, masyarakat di seluruh dunia sepatutnya tidak lagi membuang makanan begitu saja. Selain itu, mengingat masih banyak orang yang kelaparan di masa sulit saat ini.
Media sosial memang bisa meningkatkan pamor seseorang dengan gambar yang ditampilkan. Akan tetapi, bukan berarti dengan membuang makanan hanya demi meraup like, komentar, pengikut. Seharusnya media sosial dapat menjadi sarana edukasi bagi siapapun untuk meningkatkan kualitas diri dari postingan yang dibuatnya. Bukan untuk menghamburkan uang dan membuang makanan seperti itu. [rif]