Scroll untuk baca artikel
Gaya Hidup

Risiko Bergantung Secara Finansial pada Suami

Redaksi
×

Risiko Bergantung Secara Finansial pada Suami

Sebarkan artikel ini

Dia menekankan, tak semua laki-laki itu pahlawan. Sebab, ada yang justru seorang pecundang.

“Pecundang paling buruk adalah yang mengencuki perempuan, memberinya anak, lalu tak menyediakan nafkah. Ia ngacir entah ke mana. Yang tak ngacir sama saja, tak kunjung memberi nafkah yang patut,” jelasnya.

Dia melanjutkan, ada pula jenis pecundang yang mau bertanggung jawab, mau bekerja, tapi tak kreatif.

“Kemauannya tak diwujudkan jadi rencana dan kerja nyata. Ia selalu merasa tak bisa,” sambungnya.

Maka, jika seperti itu, Kang Hasan menyarankan, agar perempuan segera bertindak dan melepaskan ketergantungan dari suaminya.

“Kalau dia tak sanggup bekerja mencari nafkah yang patut, kau yang bekerja. Kalau perlu, suruh dia mengurus rumah tangga. Kalau dia keberatan, tinggalkan dia. Jangan mau dibelit pelukan yang membuat kamu menderita seumur hidup,” tegasnya.

Meski mendapatkan suami yang baik, Kang Hasan mengungkapkan, perempuan juga harus bersiap karena kalau suaminya meninggal, maka itu mungkin sudah sangat telambat, sebab tak punya persiapan jauh-jauh hari.

Laki-laki Cenderung Berselingkuh Saat Pasangannya Bergantung secara Finansial

Selain itu, sebuah studi yang diterbitkan dalam American Sociological Review menemukan, laki-laki dan perempuan lebih cenderung berselingkuh dari pasangannya ketika mereka bergantung secara finansial pada pasangannya.

Dengan menganalisis data dari 2.750 pasangan berusia antara 18 hingga 32 tahun, penulis studi Christin Munsch menemukan, ada 5% kemungkinan perempuan yang bergantung secara finansial pada pasangannya akan selingkuh pada waktu tertentu dan 15% kemungkinan pria melakukan hal yang sama.

Namun, ketika kontribusi keuangan rumah tangga seimbang di antara pasangan, kemungkinan melakukan perzinahan menurun.

Penelitian itu juga mengungkapkan, ketika laki-laki mulai mendapatkan 70% atau lebih dari pendapatan rumah tangga, mereka sekali lagi cenderung tidak setia.

“Laki-laki ini sadar bahwa istri mereka benar-benar tergantung dan mungkin berpikir, akibatnya istri mereka tidak akan meninggalkan mereka meski mereka selingkuh,” kata Christin.

Di sisi lain, perempuan yang penghasilannya melebihi suaminya menantang status quo, dia menyebut, mereka lebih cenderung terlibat dalam apa yang disebut sosiolog sebagai “perilaku penetralisir penyimpangan”. Dan, untuk mendukung maskulinitas suaminya, perempuan enggan memiliki hubungan asmara di luar nikah.

Jadi, masih mau bergantung finansial kepada pasangan?