Scroll untuk baca artikel
Blog

Samir Amin, Eurosentrisme, dan Marxisme

Redaksi
×

Samir Amin, Eurosentrisme, dan Marxisme

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Istilah ‘eurosentrisme’ menunjukkan pandangan dunia yang, secara implisit atau eksplisit, menempatkan sejarah dan nilai-nilai Eropa sebagai sesuatu yang normal dan lebih unggul dari benua lain, sehingga membantu menghasilkan dan membenarkan posisi dominan Eropa dalam sistem dunia kapitalis global.

Istilah itu diciptakan oleh Samir Amin. Dalam salah satu bukunya yang paling terkenal, Eurocentrism, dia menentang gagasan bahwa Eropa Barat adalah satu-satunya situs “semangat ilmiah, rasionalitas, efisiensi praktis.”

Menurutnya, Eropa juga bukan satu-satunya dunia toleransi, keragaman pendapat, dan pengakuan hak asasi manusia, dan dengan demikian negara-negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin hanya dapat maju dengan meniru Barat.

Samir kritis terhadap teori pembangunan yang dibatasi menjadi lima tahapan yang berbeda dan teratur: komunisme primitif, perbudakan, feodalisme, kapitalisme, dan akhirnya sosialisme dan komunisme.

Sesuai dengan pemikiran Marx tentang masalah ini, dia juga menegur pemikiran sosialisme mengikuti lintasan linier yang keras dan cepat.

Di abad ke-21, eurosentrisme bermanifestasi sebagai sarana pembenaran bagi dorongan Amerika Serikat untuk hegemoni ekonomi dan politik di seluruh dunia.

Di era “Imperialisme Hak Asasi Manusia,” kritiknya dalam Eurosentrisme tetap kritis dalam menantang wacana rasis yang digunakan oleh pemerintah AS dan pers borjuis untuk menjelek-jelekkan warga Palestina yang memprotes apartheid Israel, atau upaya menggalang dukungan untuk intervensi imperialis di Libya, Suriah, Iran, dan Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK atau Korea Utara).

Bagi Samir, Eurosentrisme bukan hanya pandangan dunia, tetapi proyek global, menyeragamkan dunia dengan model Eropa dengan dalih ‘mengejar’. Namun dalam praktiknya, kapitalisme tidak menyeragamkan melainkan mempolarisasi dunia.

Dengan demikian, Eurosentrisme lebih merupakan ideal daripada kemungkinan nyata.

Ini juga menciptakan masalah dalam memperkuat rasisme dan imperialisme. Fasisme tetap menjadi risiko permanen karena menurutnya itu adalah versi ekstrim dari Eurosentrisme.

Samir Amin: “Seorang Marxist”

Samir Amin lahir di Kairo. Ibunya berasal dari Prancis dan ayahnya dari Mesir. Kedua orangtuanya berprofesi sebagai dokter. Dia menghabiskan masa kecil dan remajanya di Port Said; di sana ia bersekolah di sekolah menengah Prancis.

Dalam otobiografinyaItinéraire Intellectuel (1990), Samir mengungkapkan kegetolannya berjuang lewat jalur intelektual dan politik. Dengan jalur itu, dia bermaksud menyoroti dan menjadi bagian yang bertujuan untuk mengubah dunia.