Setelah sembuh, minum-minuman keras masih saja aku lanjutkan. Bahkan memakan makanan barang haram. Tubuhku seperti mendapatkan sinar hitan, yang mampu mengeluarkan nanah berwana kuning keemasan.
Ternyata meminum dan memakan barang haram, itu rasanya nikmat. Aku pernah berkata, mengapa makanan dan minuman senikmati ini di haramkan. Itu sedikit soal makanan dan minuman haram.
Pesan bapakku aku lupakan, tentang baca Qur’an dan shalat tahajud. Bahkan hampir dua tahun aku tidak shalat dengan komplit, apa lagi baca Qur’an menyentuh saja tidak. Aku seperti kehilangan Tuhanku, dan kenikmatan dunia itulah Tuhanku.
Semester sebelas, aku teringat dengan teman pesntrenku Fahmi dan Nawawi. Aku telpon keduanya, Nawawi kuliah hanya diploma kini dia sudah memiliki usaha kecil-kecilan dibidang komputer. Lain lagi dengan Fahmi, dia tidak kuliah namun sungguh luar biasa kini dia mejadi agen Koran di wilayah Bojonegoro Jawa Timur. Sedangkan aku luluspun belum, hidup masih terlunta-lunta.
Keberuntungan masih menyertaiku, aku selalu curhat dengan kedua temanku itu. Dia mengingatkanku tentang amalan dari Kyai Irfan, hampir saja aku lupa. Kedua temanku mengamalkan ijazah tersebut. Aku adalah orang yang rasionalis, tapi aku menginginkan peurbahan dalam hidup ini.
Aku beranjak lari dari hal-hal merugikan hidupku, walau banyak temanku menghindar dariku karena kini aku sedikit mengalami perubahan. Diajak berbuat yang negatif, aku selalu menolak.
Amalan kyai aku ingat begitu juga dengan pesan bapak. Aku baca dan aku resapi makna Allah maha melihat lagi maha mendengar. Kini aku menemukan sesuatu mukjizat diluar batas akal pikiranku. Ternyata kedua kata tersebut memiliki makna tersendiri yang menyatu.
Melihat itu mata, mendengar itu telinga. Mata dan telingi berada dalam satu garis lurus dan bergandeng mesra.
Dengan mata aku mampu melihat realitas sesungguhnya. Belajar dari teater untuk mengamati orang gila, kini aku mendapatkan ilmunya. Ternyata kehidupan ini harus seperti orang gila, soal rizki ada yang mengatur, usaha dan doalah yang menjadikan rizki itu berlipat ganda.
Orang yang tidak punya mata saja, bisa memiliki berbagai macam karya seperti lagunya Symphony Beethoven. Dengan matapula aku bisa membaca. Sehingga aku sering ke perpustakaan dan membaca buku. Ternyata belajar tidak hanya diruang berbentuk persegi, namun dengan membaca. Kini aku menjadi orang yang haus akan buku.
Mata ini telah mengajarkanku, untuk selalu bersyukur dengan melihat sesuatu yang rendah. Sehingga aku bisa mensyukuri nikmat. Dengan mata ini telah menunjukkanku ke arah hidup yang lebih baik. Maka sayangilah mata, Karena dengan mata, kita bisa tahu segalanya.