Lain lagi dengan telinga. Aku sering mendengarkan ceramah-ceramah dari tokoh-tokoh. Sehingga aku mendapatkan pengetahuan baru dari mereka. Sekarang aku gemar menghadiri diskusi, seminar, dialog kebangsaan dan bahkan mengadakan diskusi. Dengan diskusi aku dapat mendengarkan melalui telingaku ini, tentang segala sesuatu realitas.
Telinga ini telah mengajarkanku tentang keindahan dan kemerduan nyanyian alam. Sehingga kini aku sering merawat keduamya, karena keduanyalah yang telah menuntun hidupku menjadi orang yang bijak. Terima kasih wahai mata dan telinga.
Semester dua belas aku lulus dari kuliah. Berbagai macam tawaran pekerjaan sudah ada di depan mata. Aku pernah menjadi seorang guru, dosen dan bahkan wartawan. Menjadi pedangangpun saya alami.
Telinga dan matakulah yang menuntunya, dengan memanfaatkan mata dan telinga. Aku dapat menulis karya di media masa, sehingga namaku sering muncul di media cetak.
Ya sami’u ya bashir. Ternyata dibalik kekuatan sadar manusia dan kekuatan diluar batas realitas. Itulah keagungan mata dan telinga, karena ia berjalan bersama.
* * *