Andi juga menjabarkan dua proyeksi pola interaksi Amerika Serikat terhadap Tiongkok yang terbagi dalam skenario persaingan damai dan konflik militer. Yang menjadi kekhawatiran utama adalah jika terjadi decisive battle, yakni perang yang memanfaatkan teknologi dengan daya hancur tinggi.
“Itu yang dikhawatirkan oleh Presiden Jokowi dalam amanatnya 5 Oktober 2020, 75 tahun TNI. Hati-hati dengan karakter perang masa depan yang high level of technology, high level of destruction dan decisive battle.” ujar Andi.
Terkait pelaksanaan Presidensi G20, Andi menunjukkan optimisme bahwa konflik antara Rusia dan Ukraina akan berakhir damai sebelum pelaksanaan G20 di Bali.
“Apakah nanti kita harus mengundang Rusia Putin dalam KTT G20, saya sebagai akademisi akan heran, akan sangat sangat heran kalau November 2022 perundingan damai antara Rusia dan Ukraina belum tercapai.“ ujar Andi.
Namun, merujuk pada skenario persaingan damai, kekhawatiran muncul ketika AS menerapkan proteksionisme sebagai akibat dari Perang Dagang dengan Tiongkok. Di tengah kondisi dunia yang sedang mengalami resesi ekonomi sebagai dampak dari pandemi Covid-19 dengan harapan negara-negara besar dapat berupaya untuk mengatasi krisis tersebut, yang terjadi adalah rivalitas ekonomi, khususnya antara AS dengan Tiongkok.
“Kekhawatirannya 3 kata yang menjadi motto dari G20 Presidensi Indonesia; recover, recover together dan recover stronger, jadi recover together dengan stronger salah-salah tiga-tiga nya tidak kejadian itu. Recover nya tidak kejadian, together nya tidak ada, stronger nya juga tidak kejadian,” ungkap Andi. [Luk]