Sontak, aku terkejut hebat. “Bagaimana keadaannya sekarang?”
“Ah, jangan banyak tanya,” sergahnya, terdengar kesal. “Sekarang, kau ke Rumah Sakit Amanah. Kau harus bertanggung jawab atas keadaannya, juga atas keadaan bakal anakmu yang tengah dikandungnya.”
Tak pelak, aku terperenyak. Aku sungguh tak habis pikir. Bagaimanapun, aku tak pernah melakukan hubungan yang lebih dari sewajarnya dengan kekasihku itu. “Tetapi Om…”
“Ah, jangan banyak bicara. Sekarang kau kesini. Cepat!” titahnya, lantas menutup sambungan telepon.
Akhirnya, aku kelimpungan dengan sangkaan-sangkaan yang mulai menjurus pada satu kesimpulan perihal alasan kekasihku terus mendesakku untuk segera menikahinya.***
Ramli Lahaping, kelahiran Gandang Batu, Kabupaten Luwu. Berdomisili di Kota Makassar. Menulis blog (sarubanglahaping.blogspot.com). Telah menerbitkan cerpen di sejumlah media daring. Bisa dihubungi melalui Twitter (@ramli_eksepsi) atau Instagram (@ramlilahaping).