Bagaimana mengakui kesalahan dengan benar?
BARISAN.CO – Manusia tidak luput dari kesalahan, namun tidak mudah untuk mengakuinya. Ada aliran pemikiran bahwa para pemimpin tidak boleh mengakui membuat atau melakukan kesalahan karena mereka kehilangan kredibilitas dan kekuasaan. Sehingga, mereka lebih suka berkelit alias bermanuver melalui segala macam rintangan dan mencari-cari alasan agar terhindar dari konsekuensinya.
Terlebih, ada anggapan, mengakui kesalahan seperti tanda kelemahan, membuat kita merasa rentan, cacat, dan tercela.
Dalam politik misalnya, mengakui kesalahan dapat menyebabkan orang-orang meragukan kesetiaan mereka. Termasuk partisan murni mereka sendiri.
Sementara, manusia secara psikologis memang cenderung merasa benar. Bahkan, jika fakta membuktikan sebaliknya. Senang menjadi benar. Keyakinan inilah yang membawa kita ke dalam kesalahan.
Kathryn Schulz menciptakan istilah error blindness. Definisinya yaitu kita tidak memiliki petunjuk internal mengetahui kesalahan sampai semuanya terlambat.
Sementara, perbedaan mendasar antara pemimpin yang sukses dan pemimpin yang berjuang adalah kemampuan untuk mengenali kesalahan dan bertanggung jawab untuk itu.
Tidak apa-apa salah. Tidak sempurna karena ini kehidupan nyata.
Lalu, bagaimana cara mengakui serta menangani kesalahan sebelum terlambat? Dilansir dari Life Hack berikut caranya:
- Lihatlah dari sudut pandang orang lain. Misalnya, saat membuat janji kepada dan gagal menepatinya, tempatkan diri kita pada posisi orang tersebut.
- Sadari, kesalahan sekecil apa pun mungkin memengaruhi lebih banyak orang dan kenali rasa sakit yang Anda sebabkan. Sehingga, dengan simpati bisa menjadi pembuka yang dibutuhkan untuk memperbaiki keadaan.
- Jangan coba-coba melarikan diri apalagi mencari orang lain untuk disalahkan. Meski, kegagalan itu terjadi karena seseorang, namun pada akhirnya yang bertanggung jawab atas proyek itu di bawah wewenang kita.
- Terima konsekuensinya. Sulit memang, tetapi setiap perbuatan memiliki konsekuensi.
- Mengambil tanggung jawab berarti bersiap untuk membereskan kekacauan, yang berarti memerlukan rencana. Kita harus memiliki gagasan yang jelas tentang apa yang salah dan cara memperbaikinya serta bagaimana hal itu tidak terulang di masa depan.
- Jangan berpura-pura merasa simpati atau berpura-pura agar orang lain dapat melihat seberapa dalam kita peduli. Langkah pertama membangun kepercayaan yang hilang adalah dengan menunjukkan emosi yang jujur.
- Minta maaf dengan tulus.
Tidak ada satu cara di atas akan mencegah hal buruk terjadi. Namun, akan mebuat kita bermartabat.
Mungkin kita bisa kehilangan pekerjaan setelh mengakui kesalahan, tetapi kita akan pergi dengan kepala tegak karena merasa lega telah mengakuinya.
Selain itu, dengan bertanggung jawab penuh atas kesalahan dan bertindak tepat, kita telah menempatkan diri untuk mempelajari apa yang harus dipelajari dan bergerak maju dengan anggun dan tujuan.