Memang belum diketahui bagaimana dan seberapa lama Partai Ummat mampu menjalankan fungsinya. Paling jauh, kita hanya bisa melihat bahwa respons publik terhadap partai ini tampak adem ayem juncto biasa-biasa saja.
Publik tampaknya tidak lagi melihat bahwa partai (apapun, termasuk Partai Ummat) mampu mengkanalisasi persoalan politik menjadi solusi konkret yang berdampak baik pada nasib orang banyak.
Sekurangnya dalam survei yang dilakukan LSI, parpol disebut sebagai institusi yang termasuk paling tidak dipercaya oleh publik. Hal itu tecermin dari tingkat identifikasi parpol di masyarakat yang hanya 10-15% saja.
Parpol tidak mampu menarik masyarakat untuk mengidentifikasi dirinya dengan partai-partai politik. Hampir 92% lebih masyarakat tidak merasa punya keterikatan dengan parpol. Dan hanya sekitar 12% saja masyarakat yang merasa terikat. (LSI Februari 2021).
Meski demikian, napas Islam yang menjadi corak Partai Ummat boleh jadi daya tarik yang membawa dukungan publik. Dalam survei yang sama, parpol yang mengusung isu keagamaan terbaca lebih kuat dan bisa teridentifikasi suara untuk partai. keterikatan emosional isu agama, pada apa yang umum terjadi di Indonesia, memang lebih kuat dibanding semisal isu ekonomi.
Itupun Partai Ummat masih harus bersaing dengan partai berbasis Islam lainnya yang sudah lebih mengakar. Namun bila Partai Ummat mampu segera berkembang dan lepas dari kesibukan dirinya sendiri, boleh jadi partai ini segera menjelma sebagai kekuatan baru. Segalanya masih merupakan kemungkinan terbuka, kita tunggu saja. []