Scroll untuk baca artikel
Blog

Seberapa Peluang Partai Ummat Bisa Eksis?

Redaksi
×

Seberapa Peluang Partai Ummat Bisa Eksis?

Sebarkan artikel ini

BARISAN.COMantan ketua MPR Amien Rais mendeklarasikan berdirinya Partai Ummat, Kamis (29/4), di Yogyakarta. Deklarasi dilakukan secara virtual melalui kanal Youtube Amien Rais Official pukul 13.00 WIB.

“Atas nama para pendiri, para pimpinan, para kader, dan anggota Partai Ummat pada 17 Ramadan 1442 Hijriyah bertepatan dengan 29 April 2021 Masehi, bismillahirrahmanirrahim saya deklarasikan kelahiran Partai Ummat di persada bumi pertiwi Indonesia yang kita cintai bersama,” kata Amien Rais yang menjadi ketua Majelis Syuro Partai Ummat, Kamis (29/4).

Diketahui, Amien Rais mendirikan Partai Ummat usai berkonflik dengan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan.

Dalam partai barunya ini, Amien Rais terutama mendapat dukungan dari anaknya: Hanafi Rais, menantunya: Ridho Rahmadi, dan sejumlah tokoh seperti MS Kaban, Buni Yani, Neno Warisman, dan lain-lain. Tidak sedikit di antara tokoh Partai Ummat adalah bekas kader PAN.

Dalam siaran pers, disebutkan bahwa 99 orang pendiri Partai Ummat dari 34 provinsi berkumpul di Yogyakarta untuk mendeklarasikan partai tersebut. Sebelum deklarasi, para pendiri menandatangani dokumen pendirian partai di hadapan notaris dan melakukan konsolidasi awal dalam rangka memperkuat jaringan keummatan di seluruh pelosok Tanah Air.

Amien Rais lewat pidatonya mengucapkan bahwa Partai Ummat siap bekerja melawan kezaliman dan berkorban untuk menegakkan keadilan di Indonesia.

“Kami Partai Ummat bersama anak bangsa lainnya insya Allah akan berjuang dan berkorban apa saja untuk melawan kezaliman dan menegakkan keadilan,” ujar Amien Rais.

“Kami yakin seluruh mekanisme demokrasi kita dan konstitusi kita lebih dari cukup untuk melakukan perbaikan dan kehidupan nasional. Sehingga, kita tidak perlu cara-cara ekstraparlementer dan cara-cara ekstrakonstitusional,” katanya menjelaskan.

Menarik untuk diperiksa lebih jauh, terkait seberapa berpeluang Partai Ummat eksis dalam peta politik. Sebab di sinilah tantangan besarnya. Apalagi, Partai Ummat seperti demikian mengandalkan ketokohan Amien Rais daripada mengetengahkan ideologi partai.

Amien Rais menjadi identitas yang membangun citra partai. Di satu sisi, ketokohan tersebut memang punya dampak terhadap soliditas partai. Itu terbukti dari banyaknya tokoh yang berdiri di belakang aktor kawak yang dulu ikut menuntun jalannya reformasi tersebut.

Tapi yang perlu diperhatikan adalah dampak jangka panjang, karena, individu seperti Amien Rais tidak selamanya bisa memimpin partai atas alasan yang amat beragam. Pada umumnya, ketika parpol kehilangan tokoh personal, institusi ini hanya akan menjadi gerombolan gaduh yang serba bermasalah.

Memang belum diketahui bagaimana dan seberapa lama Partai Ummat mampu menjalankan fungsinya. Paling jauh, kita hanya bisa melihat bahwa respons publik terhadap partai ini tampak adem ayem juncto biasa-biasa saja.

Publik tampaknya tidak lagi melihat bahwa partai (apapun, termasuk Partai Ummat) mampu mengkanalisasi persoalan politik menjadi solusi konkret yang berdampak baik pada nasib orang banyak.

Sekurangnya dalam survei yang dilakukan LSI, parpol disebut sebagai institusi yang termasuk paling tidak dipercaya oleh publik. Hal itu tecermin dari tingkat identifikasi parpol di masyarakat yang hanya 10-15% saja.

Parpol tidak mampu menarik masyarakat untuk mengidentifikasi dirinya dengan partai-partai politik. Hampir 92% lebih masyarakat tidak merasa punya keterikatan dengan parpol. Dan hanya sekitar 12% saja masyarakat yang merasa terikat. (LSI Februari 2021).

Meski demikian, napas Islam yang menjadi corak Partai Ummat boleh jadi daya tarik yang membawa dukungan publik. Dalam survei yang sama, parpol yang mengusung isu keagamaan terbaca lebih kuat dan bisa teridentifikasi suara untuk partai. keterikatan emosional isu agama, pada apa yang umum terjadi di Indonesia, memang lebih kuat dibanding semisal isu ekonomi.