Bagi saya yang penting TIM tidak menghilangkan koleksinya dan dengan revitalisasi tersebut membuat orang dari mana pun semakin kreatif dan produktif. Jakarta yang mengglobal butuh gedung yang representatif dan memiliki kapasitas yang besar.
Toh Anies juga dalam membuat gedung tak sembarangan atau nir makna. Gedung Panjang Gedung misalnya ternyata merupakan bentuk penggambaran not balok lagu ciptaan Ismail Marzuki yang berjudul “Rayuan Pulau Kelapa” pada fasadnya.
Ketika masuk ke ruang pameran di Gedung Panjang saya masih bisa menikmati poster-poster pameran dan karya seni lukis seniman yang pernah mewarnai Indonesia pada zamannya. Seperti Hardi dan Abas Alibasyah.
Dari poster juga saya dapat membuktikan bahwa PT Pertamina (Persero) pada tahun 70-an pernah menjadi sponsor pameran seni lukis di Taman Ismail Marzuki.
Bukti ini dengan sendirinya membantah pernyataan Dirut Pertamina Nicke Widyawati yang beralibi bahwa perusahaan migas negara tersebut tidak mensponsori ajang Formula E karena tidak ada kaitannya dengan industri utama perusahaan. Maksudnya, Formula E kan mobil listrik, dia tidak pakai bensin atau pakai gas. Jadi ngak nyambung, kira-kira logikanya.
Alasan yang dicari-cari ini terbantahkan oleh poster Pameran Seni Lukis Indonesia Kontemporer di Taman Ismail Marzuki 17 – 22 Mei 1971. Apa hubungan seni lukis dan Pertamina? Tidak ada, karena melukis tidak pakai oli. Tapi, Pertamina pernah mewarnai perjalanan seni lukis Indonesia!
Kompleks TIM, masih terus berbenah. Masih jauh dari sempurna karena para pekerja masih terus memoles gedung lainnya seperti Planetarium yang juga ikon TIM.
Saya sangat gembira ketika anak-anak bangga berfoto bersama lukisan-lukisan karya para maestro. Mungkin mereka belum mengerti dan paham semiotika atau pesan di balik karya seni.
Apalagi disuruh untuk menjelaskan karya gabungan (mix media) dalam sebuah papan yang hanya memperlihatkan bibir merah dari kayu dan baskom pecah di atasnya.
“Lha, ini lukisan atau apa, Pak?”
Mereka bertanya seperti itu saja saya sudah gembira. Mereka berani bertanya. Seniman Bonyong Muni Ardi telah membuat anak saya penasaran.
Pulang dari TIM di atas kereta anak-anak bertanya mengenai harga kanvas dan juga sosok Raden Saleh yang gambarnya menjulang tinggi di episentrum TIM.
Setelah itu anak-anak tertidur.