BARISAN.CO – Tepat tanggal 2 Juli ini menjadi perayaan Hari Koperasi Internasional ke-100. Tahun ini, slogannya adalah #CoopsDay, “Koperasi Membangun Dunia Lebih Baik”.
Koperasi telah menunjukkan lebih tahan terhadap krisis daripada usaha lainnya. Berdasarkan data World Cooperative Monitor, setidaknya 12 persen umat manusia adalah kooperator yang tersebar di 3 juta koperasi di dunia.
Tiga ratus koperasi dan mutual terbesar melaporkan total omset senilai US$2.146 miliar. Jumlah pekerja koperasi di dunia sebanyak 280 juta jiwa atau 10 persen dari jumlah populasi dunia yang bekerja.
Koperasi sebagai bisnis mendorong nilai dengan kesepakatan bersama dan bertindak untuk membangun dunia lebih baik melalui kerja sama bukan semata-mata demi keuntungan.
Mengutip International Cooperative Alliance, koperasi dunia pertama dimulai di Skotlandia pada Maret 1761 di sebuah pondok sederhana. Para penenun lokal menjual barang dengan harga diskon dan membentuk Fenwick Weavers Society.
Kemudian, tahun 1844, sekelompok pengrajin berjumlah 28 orang di pabrik kapas di utara Inggris mendirikan bisnis koperasi pertama, Rochdale Equitable Pioneers Society. Mereka dianggap sebagai prototipe masyarakat koperasi modern dan pendiri gerakan koperasi.
Para penenun di pabrik kapas menghadapi kondisi kerja yang menyedihkan dan upah rendah, serta mereka tidak mampu membeli makanan atau pun barang-barang rumah tangga karena tingginya harga. Akhirnya, mereka memutuskan menyatukan sumber dayanya yang langka dan bekerja sama untuk dapat mengakses barang-barang kebutuhan dengan harga lebih murah.
Awal mulanya, hanya menjual tepung, oatmeal, gula dan mentega. Lama-lama, mereka mengubah bisnisnya. Mereka harus berbagi keuntungan.
Setiap pelanggan toko menjadi anggota dan memiliki kepentingan dalam bisnis. Jika sebelumnya, koperasi ini hanya buka 2 malam setiap minggunya, namun karena bisnis berkembang pesat, usahanya dibuka 5 hari seminggu.
Barulah pada tahun 1862, Friedrich Wilhelm Raiffeisen dan Franz Hermann Schultz-Delitsch memformulasikan kooperatif independen.. Keduanya membentuk serikat kredit dan model itu berkembang ke sektor lain yang mengilhami pertumbuhan koperasi keuangan dunia.
Di Indonesia, Bung Hatta dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Bagi Bung Hatta, koperasi mendidik manusia memiliki sifat sosial dan jujur serta pandai menjaga diri dan bujukan ekonomi.
Bung Hatta pernah berkata, “Persekutuan bebas sebagai koperasi menimbulkan perasaan tanggung jawab dan keyakinan bahwa orang biasa dengan kerja sama sukarela dengan sesamanya sanggup menyelesaikan berbagai masalah sampai kepada yang sebesar-sebesarnya”.
Pemikiran Bung Hatta tentang koperasi untuk menyelesaikan persoalan ekonomi rakyat dan semangat kekeluargaan tampaknya mulai samar saat ini. Terlebih, ketika melihat kenyataan bahwa banyak rakyat kecil yang semakin terjepit oleh keadaan, mulai dari tak sanggup membeli kebutuhan pokok hingga terlilit utang yang tak sedikit.
Khususnya saat pandemi, tak jarang orang kaya yang justru semakin kaya. Ada juga yang memanfaatkan keadaan untuk meraup keuntungan.
Jika saja, semangat Bung Hatta masih hidup di dalam diri masing-masing kita, mungkin keadaan tak seburuk saat ini.
Di Hari Koperasi Internasional ini, semoga semangat koperasi selalu dan semakin menyala untuk dunia lebih baik lagi. [rif]