Ehhh, sudah akhir pekan aja~ Sudah punya rencana kemana nih?
BARISAN.CO – Banyak orang yang menantikan akhir pekan. Khususnya bagi mereka yang sudah memiliki rencana.
Ada yang berencana liburan, kumpul keluarga, hangout dengan teman, berkencan, dan lain-lain. Namun, bagi kebanyakan pekerja, akhir pekan adalah hari istimewa. Sebab, mereka akan terbebas dari dokumen, instruksi atasan, dan ruangan kantor yang penuh gosip.
Namun, tahukah kamu kenapa kebanyakan dari kita bekerja dari Senin hingga Jumat saja? Mengapa tidak dimulai dari Minggu hingga Kamis saja? Atau kalau bisa hari kerja dua hari dan sisanya akhir pekan? Hehehe.
Delapan jam kerja, delapan jam rekreasi, delapan jam istirahat.” Ini adalah frasa yang diciptakan pada tahun 1817 oleh Robert Owen—pemilik pabrik Welsh abad ke-18 dan aktivis hak-hak buruh.
Owen hanyalah salah satu dari banyak aktivis dan kelompok serikat pekerja yang menganjurkan kondisi kerja yang lebih baik setelah Revolusi Industri. Pada 1800-an, sudah biasa bagi orang-orang di bidang manufaktur untuk bekerja hampir 100 jam per minggu: antara 10 dan 16 jam selama enam hari kerja dalam seminggu.
Serikat pekerja adalah pendukung awal terbesar dari delapan jam hari kerja di Amerika Serikat. Pada tahun 1866, Serikat Buruh Nasional AS meminta Kongres untuk mengesahkan Undang-Undang yang mengamanatkan 8 jam hari kerja. Meski, UU tersebut tidak disahkan, diskusi tersebut meningkatkan dukungan publik untuk perubahan tersebut.
Sebenarnya, sebagian besar sejarah, mengambil satu hari istirahat setiap minggu. Hal ini bermula dari berbagai tradisi keagamaaan. Misalnya, umat Islam secara tradisional mengambil libur pada hari Jumat, sementara orang Yahudi merayakan di hari Sabtu, dan orang Kristen melakukannya pada hari Minggu.
Sejarah akhir pekan bermula pada Revolusi Industri di akhir 1800-an, pabrik-pabrik besar mulai mengubah produksi barang-barang konsumsi dari ekonomi pertanian tradisional menjadi ekonomi industri.
Saat itu, petani yang mulai bekerja di pabrik tidak menyukai jam kerja tertentu karena mereka terbiasa mengatur jadwal mereka sendiri di pertanian. Mereka juga tidak menerima kenyataan bahwa banyak pemilik pabrik yang memaksa mereka bekerja tujuh hari seminggu.
Mereka mengeluh dan meminta waktu istirahat bersama keluarga. Keluhan ini akhirnya berkembang menjadi pemogokan buruh terorganisir di seluruh AS, para pekerja menolak bekerja dengan mengirimkan pesan yang kuat kepada majikan mereka. Selama pemogokan ini, ketegangan antara penegak hukum dan demonstran terjadi. Bahkan, beberapa orang terluka dan ada yang kehilangan nyawa.
Mendapatkan waktu istirahat untuk beribadah pada hari Minggu cukup mudah karena menjadikan hari Minggu sebagai hari istirahat adalah tradisi Kristen yang sudah berlangsung lama. Banyaknya imigran Yahudi pada saat itu menginginkan hari Sabtu sebagai gantinya karena hari istirahat tradisional Yahudi.
Seiring waktu, pemilik pabrik menyadari, akan lebih efisien untuk membiarkan pekerja pergi pada hari Sabtu dan Minggu. Namun, pekerja pabrik Yahudi dan Kristen tidak sepenuhnya bertanggung jawab atas penemuan akhir pekan.
Pada awal 1900-an, banyak industri telah mengadopsi hari kerja delapan jam, tetapi kebanyakan orang masih bekerja enam hari seminggu. Itu berlanjut hingga tahun 1926 ketika Henry Ford menghapus satu hari kerja wajib dari jadwal karyawannya.
Karyawan Ford telah bekerja 48 jam seminggu: delapan jam sehari dan enam hari seminggu. Menghapus satu hari menghasilkan shift delapan jam selama lima hari seminggu—yang sekarang kita kenal sebagai 40 jam kerja seminggu.