Sedotan plastik sekali pakai termasuk di antara 10 kontributor teratas untuk sampah laut plastik di seluruh dunia.
BARISAN.CO – Jika melihat kembali sejarah kita dapat menemukan bahwa beberapa sedotan paling awal dibuat lebih dari ribuan tahun yang lalu. Di reruntuhan kota dan makam Sumeria, arkeolog berhasil menemukan sedotan yang terbuat dari emas dan batu mulia lapis lazuli.
Artefak 3000 SM yang mahal ini dapat memberi kita bukti bahwa desain yang lebih sederhana digunakan jauh lebih awal dari itu, kemungkinan besar dibuat dari kayu berukir atau tanaman berongga alami. Menurut ilmuwan, orang Sumeria menggunakan sedotan untuk meminum bir mereka yang disiapkan dalam wadah fermentasi yang sangat sederhana yang memaksa produk sampingan padat tenggelam ke dasar, dan meninggalkan cairan yang dapat diminum di atasnya.
Di sisi lain dunia, di Argentina, penduduk asli menggunakan sedotan selama beberapa ribu tahun. Desain kayu sederhana mereka kemudian diadaptasi menjadi perangkat logam yang disebut “bombilla” yang berfungsi sebagai jerami dan saringan untuk minum teh.
Pada tahun 1800-an, cara minum dari sedotan rumput gandum yang murah dan mudah dibuat menjadi populer, tetapi strukturnya yang lemah mencegahnya digunakan dalam sesi yang lama (air akan dengan cepat mengubahnya menjadi bubur).
Dilansir dari Beyond Green, tidak puas dengan keadaan sedotan minuman saat itu, penemu asal Amerika, Marvin C. Stone menciptakan prototipe pertama sedotan modern pada tahun 1888.
Berasal dari industri pembuatan cerutu, Marvin mendapat ide untuk membungkus kertas di sekitar pensil dan mengoleskan lem tipis-tipis. Dia segera menyempurnakan proses pembuatannya dengan membuat mesin otomatis yang menghasilkan sedotan yang tidak akan kehilangan lemnya bahkan pada minuman beralkohol yang lebih kuat.
Sejak saat itu, sedotan tetap populer (terutama setelah penemuan sedotan bengkok Joseph Friedman pada tahun 1937), dan banyak desain menarik diciptakan selama 50 tahun terakhir. Tren ini dimulai pada tahun 1960-an ketika plastik memungkinkan pembuatan sedotan minuman dengan cepat dan murah.
Pada tahun 1960-an teknologi telah mempermudah pembuatan barang-barang yang terbuat dari plastik secara massal, termasuk sedotan. Teknologi modern telah mempermudah pembuatan berbagai jenis produk minuman plastik seperti tongkat pengaduk dan tusuk sate koktail. Nyatanya, satu perusahaan Amerika masih membuat lebih dari tiga ratus jenis peralatan minum.
Dampak Limbah Sedotan Plastik
Meskipun ada upaya untuk mengurangi jumlah sedotan plastik yang digunakan saat ini, orang Amerika masih menggunakan lebih dari 500 juta sedotan setiap hari. Sementara, di Indonesia, sebanyak 93 juta sedotan plastik digunakan oleh masyarakat Indonesia per hari. Karena sebagian besar tidak dapat terurai secara hayati, sebagian besar berakhir di saluran air bumi atau melapisi tempat pembuangan sampah.
Meskipun sedotan plastik dapat digunakan kembali, hal ini tidak banyak dilakukan dan sejumlah besar bahan limbah yang tidak dapat terurai secara hayati saat ini dapat menghasilkan dampak yang besar bagi lingkungan kita. Oleh karena itu, banyak perusahaan internasional yang mulai memproduksi sedotan minum biodegradable.
Sedotan plastik membutuhkan waktu hingga 200 tahun untuk terurai. Saat membusuk, mereka melepaskan bahan kimia berbahaya yang disebut bisphenol-A (BPA) ke atmosfer. Ketika mereka terurai menjadi mikroplastik, mereka membahayakan hewan laut jika tertelan. Tujuh puluh satu persen burung laut menelan plastik ke dalam perutnya, serta 30 persen penyu.
Sedotan plastik adalah salah satu dari 10 barang yang paling banyak ditemukan dalam pembersihan sampah pantai di dunia. Menurut Laporan Pembersihan Pesisir Internasional Tahunan antara 1988-2017, sedotan plastik secara konsisten mendapat peringkat tinggi berdasarkan jumlah barang selama acara pembersihan.