Scroll untuk baca artikel
Gaya Hidup

Iklan Pinjol Menyesatkan, Mendorong Orang Berutang

Redaksi
×

Iklan Pinjol Menyesatkan, Mendorong Orang Berutang

Sebarkan artikel ini

Bombardir iklan pinjol di media sosial membuat jengah.

BARISAN.CO – Dalam kehidupan, kadang terjadi hal tidak terduga, termauk pengeluaran. Pandemi telah menyebabkan kerusakan finansial yang besar di seluruh dunia. Tidak hanya kesehatan fisik masyarakat yang terpengaruh, tetapi juga kesehatan ekonomi menurun drastis. Maka, tak jarang, ada yang meminjang uang secara online.

Meski, saat ini OJK telah merilis daftar pemberi pinjaman online (pinjol) yang legal, namun rasanya masih ada yang janggal. Tak lain adalah iklan pinjol. Bahkan, iklan ini hampir dapat mudah ditemui di berbagai media sosial.

Apa yang janggal dari iklan pinjol tersebut? Entah mengapa iklan tersebut terasa tidak etis.

Banyak dari apa yang kita lihat dan dengar di TV dan di media termasuk media sosial ditujukan untuk meyakinkan kita untuk membeli sesuatu, mengadopsi keyakinan tertentu, atau terlibat dalam jenis perilaku tertentu. Ini dilakukan melalui beberapa metode yang biasanya berada di bawah radar kita, sehingga kita tidak menyadarinya.

Dalam beberapa iklan pinjol, saya melihat ada tayangan seseorang yang mendatangi temannya untuk meminjam uang karena ibunya harus dirawat. Namun, temannya itu justru menganjurkannya meminjam uang ke salah satu aplikasi yang sudah terdaftar di OJK.

Saking penasarannya, saya pun bertanya kepada seorang teman. “Kalau misalnya, saya pinjam uang ke kamu karena kebutuhan mendesak, apakah kamu akan menyarankan saya meminjam ke pinjol?” Teman saya langsung menjawabnya, “Yah, gaklah.”

Bahkan, ada juga iklan yang menayangkan seorang perempuan meminjam di pinjol hanya untuk beli tablet baru. Tentu saja, hal itu membuat saya berpikir, bagaimana mungkin iklan seperti ini pantas ditayangkan.

Terakhir, aplikasi pinjol juga menyebut, bunganya perbulan hanya sekitar Rp14.000 saat meminjam uang Rp4 juta. Saya pun penasaran, ingin membuktikan kebenarannya. Saya download aplikasi tersebut, namun hanya bertujuan mengecek klaim dari iklan tersebut. Yang saya temukan adalah klaim itu tidaklah benar. Bunganya sekitar 3% per bulan dari pinjaman yang diajukan. Setelahnya, saya menghapus aplikasi tersebut karena tujuan saya tidak lain hanya membuktikan klaim tersebut.

Di dunia yang ideal, setiap orang akan memiliki moral pemasaran yang sempurna: tidak ada yang tidak jujur, dan semua iklan akan jujur. Misalnya, deterjen cucian yang menjanjikan untuk menghilangkan semua noda itu benar-benar berhasil dan semprotan tubuh yang harum itu sebenarnya akan bertahan selama berhari-hari.

Sayangnya, tidak seperti itu. Periklanan yang tidak etis terlalu umum, dan dapat terjadi dalam berbagai bentuk, seperti yang kita saksikan sendiri melalui iklan pinjol yang memborbardir media sosial saat ini.