Scroll untuk baca artikel
Kontemplasi

Selayang Pesan Penghambaan: Teologi Metafisika

Redaksi
×

Selayang Pesan Penghambaan: Teologi Metafisika

Sebarkan artikel ini

Baik itu keluhan, rasa tidak suka, ketidak mampuan ataupun ketidaksangupan. Yang semuanya itu menandakan kita tidak bisa atau bahkan sebenarnya kita bisa namun kita berusaha memohon, karena kita menyadari diri sebagai makhluk yang lemah.

Para filosof baik kaum rasionalis dan empiris berusaha mengagungkan akalnya. Sehingga mereka tidak membutuhkan Tuhan. Lain dengan diri kita yang lebih cenderung mengagungkan irfan (hati). Dalam hadis riwayat Ahmad, perumpamaan hati adalah seperti sehelai bulu di akar pohon, yang terus-menerus digoyahkan oleh angin.

Sehingga diri ini, selalu dalam kegundahan dan ketidakbisaan menerima realitas yang menimpa. Oleh sebab itu, kita sering diajarkan untuk memeriksa hati dengan berbagai jalan seperti berzikir atau menyebut asma-Nya, bermunajat ataupun bermuhasabah.

Hal ini dilakukan, supaya hati tidak memiliki penyakit. Jika penyakit itu tetap dibiarkan tentu saja akan banyak berbuat yang tidak diinginkan seperti mudah untuk melakukan perbuatan dosa, berperilaku kasar, lemah dalam menjalankan ibadah ataupun cepat mudah marah.

Selayang pesan penghambaan merupakan bentuk pengaduan atas bentuk kelemahan diri manusia. Namun hal itu dituangkan dalam ekspresi jiwa melalui sebuah karya puisi. Tetap semangat dekatkan diri atas kehadirat Allah, dalam hadis qudsi diterangkan Rasulullah bersabda, Allah berfirman, “Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada-Ku” (HR. Bukhari).