Presiden AS, Joe Biden berulang kali berjuang meningkatkan penjualan mobil listrik sebagai upaya mengatasi krisis iklim atas ketergantungan besar Amerika pada mobil yang berpolusi. Sayangnya, senator AS, Joe Manchin mencemooh gagasan itu.
BARISAN.CO – Dampak pemanasan global telah membawa kerugian bagi komunitas manusia dan alam. Kenaikan suhu lebih lanjut akan membawa petaka dan tindakan lebih lanjut terhadap emisi gas rumah kaca sangat diperlukan.
Berbagai faktor berkontribusi bagi perubahan iklim serta berbagai tindakan diperlukan untuk mengatasinya. Misalnya saja, jumlah populasi di planet bumi menjadi salah satu faktor meningkatnya emisi karbon.
Sebuah jurnal di Lancet Planetary yang diterbitkan pada Juli 2021 menemukan, perubahan iklim diperkirakan menyebabkan sekitar 5 juta kematian tambahan setiap tahunnya. Pemimpin studi dari Universitas Monash, Australia, Yuming Guo mengatakan, studi pertama itu menggambarkan kematian global akibat kondisi suhu pada tahun 2000 hingga 2019 sejak era pra-industri.
Penelitian itu juga menemukan, 9,4 persen kematian global dapat dikaittkan dengan suhu sangat dingin dan panas. Berdasarkan wilayah kematian tahunan terkait suhu abnormal, Amerika Serikat berada di urutan kelima sebanyak 173.6000 jiwa.
WHO juga menyebut, kematian akibat kondisi cuaca ekstrem kemungkinan terjadi dengan frekuensi berlipat ganda. Perubahan suhu dan kondisi curah hujan memengaruhi pola penularan berbagai penyakit dan pola produksi pangan yang pada gilirannya berdampak bagi kesehatan hal kekurangan gizi.
Senator AS Menolak Mobil Listrik
Saat ini, harga bensin dan gas naik di Amerika Serikat yang mendorong banyak orang beralih ke mobil listrik. Namun, justru transisi itu justru dikritik oleh Senator AS, Joe Manchin yang merasa sangat enggan untuk melihat pertumbuhan mobil bertenaga baterai.
Mengutip Guardian, para analisis menyampaikan, ada lonjakan minat terhadap pembelian kendaraan listrik (EV) setelah perang di Ukraina. Terlebih, harga bensin di sana melonjak akibat dari konflik dan pasokan rantai masalah dari pandemi.
Presiden AS, Joe Biden berulang kali berjuang meningkatkan penjualan mobil listrik sebagai upaya mengatasi krisis iklim atas ketergantungan besar Amerika pada mobil yang berpolusi. Sayangnya, senatornya mencemooh gagasan penghapusan mobil bensin dan diesel secara bertahap.
Menurut Machin, dia sudah cukup tua untuk mengantre menunggu baterai kendaraanya di-charge. Terlebih, dia enggan bergantung pada rantai pasokan asing yang sebagian besarnya dari Cina. Dia menambahkan, sulit memahami alasan pemerintah federal AS akan berinvestasi dalam jaringan stasiun pengisian mobil listrik, seperti yang ingin diraih oleh pemerintahan Biden.
“Saya telah membaca sejarah dan saya ingat Henry Ford menciptakan Model-T. Tetapi saya benar-benar tidak ingat pemerintah AS membangun stasiun pengisian bahan bakar. Pasar yang melakukannya,” kata Manchin.
Kritikan senator West Virginia itu memupus harapan Gedung Putih AS untuk meloloskan UU iklim tahun ini. Sejauh ini, oposisi Manchin menentangnya untuk mendorong orang membeli mobil listrik bersubsidi.
Menurut Direktur Eksekutif Wawasan di Edmund, lonjakan minat terhadap mobil listrik di AS lebih karena reaksi melonjaknya harga gas yang dipicu perang Ukraina. Sedangkan presiden AutoPacific, sebuah perusahan riset industri otomotif. Ed Kim menyatakan, ketika mereka mendengar minat terhadap mobil listrik meningkat, ini menjadi ujian akan bertahan berapa lama.
“Joe Machin mewakili Virginia Barat yang bergantung pada batu bara, jadi saya percaya dia memiliki kepentingan pribadi dalam meremehkan energi bersih,” kata Kim.
Panjualan Mobil Listrik Meningkat
Melonjaknya harga bensin di AS pada 2008, meningkatkan penjualan mobil bertenaga baterai dan hibrida. Analis memperkirakan lonjakan serupa sebagai akibat dari krisis ini. Setidaknya, sekitar setengah juta mobil listrik terjual di AS tahun lalu atau naik lebih dari 80 persen pada tahun lalu. Konsumen tertarik pada banyak model baru, seperti Ford Mustang Mach-E dan Tesla model Y.