Scroll untuk baca artikel
Ekonomi

Sepatu Bata Tutup Puluhan Gerai, Berikut 7 Ritel Lainnya yang Terdampak Pandemi Covid-19

Redaksi
×

Sepatu Bata Tutup Puluhan Gerai, Berikut 7 Ritel Lainnya yang Terdampak Pandemi Covid-19

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Ritel menjadi sektor yang paling terdampak pandemi Covid-19. Beberapa ritel ternama terpaksa menutup gerainya hingga perampingan karyawan.

PT Sepatu Bata Tbk tak terlepas dari dampak ini. Perusahaan sepatu yang sudah beroperasi sejak 1939 di Indonesia ini kemarin mengumumkan penjualannya turun 51 persen di tahun 2020. Penjualannya hanya Rp459 miliar padahal di tahun sebelumnya mencapai Rp931 miliar.

Direktur Sepatu Bata Hatta Tutuko mengatakan pihaknya telah menutup 50 toko yang tidak menguntungkan hingga Mei 2021. Kini, sisa gerai Sepatu Bata di Indonesia hanya 460 saja.

Seperti perusahaan ritel lainnya, Sepatu Bata tak lagi berfokus pada pembukaan toko baru, melainkan pada bisnis digital dan penjualan secara daring akan ditingkatkan. 

Selain Bata, 7 ritel ini sudah menutup gerainya terlebih dahulu selama pandemi Covid-19.

1. Giant

PT Hero Supermarket Tbk (HERO) memutuskan menutup semua gerai Giant pada Juli mendatang. Sebelum mengumumkannya kepada publik, pihak manajemen telah menutup gerai Giant satu per satu setidaknya dalam dua tahun terakhir.

Pandemi telah membuat perusahaan ritel terbesar di Indonesia ini merugi. Mereka pun terpaksa menutup usahanya secara permanen dan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran.

HERO akan mengubah lima gerai Giant menjadi IKEA dan mengonversikan sejumlah gerai menjadi Hero Supermarket.

2. Matahari Department Store

Mei lalu, manajemen PT Matahari Department Store Tbk mengungkapkan akan menutup 13 gerai unit usahanya di berbagai wilayah di Indonesia. Pasalnya sejak pandemi, daya beli masyarakat menurun secara drastis sehingga membuat perusahaanya merugi.

Sebelum memutuskan menutup gerai, manajemen Matahari Department Store juga telah menurunkan beban sumber daya manusia, mulai dari pengurangan jam kerja, menerapkan cuti tidak berbayar, hingga memangkas gaji karyawan.

Matahari Departement Store akan berfokus pada bisnis digital, melihat tren masyarakat yang beralih ke belanja daring sejak pandemi.

3. Gramedia

Untuk menekan laju penyebaran Covid-19, beberapa bulan lalu Toko Buku Gramedia menutup puluhan gerainya sementara di berbagai wilayah Indonesia. Namun pada Oktober, dunia maya dikejutkan dengan penutupan Toko Gramedia di mal Taman Anggrek Jakarta secara permanen.

Penutupan tersebut lantaran toko mulai sepi saat pandemi. Namun semua karyawan tetap dipekerjakan dengan ditempatkan di toko – toko lain milik Gramedia.

4. Centro Department Store

Pandemi telah mengubah keadaan 180 derajat. Jika sebelum pandemi Centro kebanjiran pengunjung, tidak pada saat pandemi terjadi. Salah satu mantan karyawan Centro mengungkapkan toko Centro sempat tutup selama beberapa bulan karena tidak ada income yang masuk.

Kebijakan pemerintah yang melarang masyarakat pergi ke mal membuat orang – orang beralih ke belanja daring dan department store menjadi sepi sekali.

Akhirnya pada Senin (17/5/2021), pengelola Centro Department Store, PT Tozy Sentosa dinyatakan pailit oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Tozy Santoso kemudian menutup sejumlah gerai Centro di berbagai wilayah, seperti pada Pusat Perbelanjaan Centro Plaza Ambarukmo Yogyakarta.

5. Golden Trully

Tak berbeda dengan ritel lainnya, Pusat Perbelanjaan Golden Truly yang berlokasi di Gunung Sahari Jakarta Pusat terkena imbas pandemi. Pihak manajemen secara resmi menutup operasionalnya sejak 1 Desember 2020.

Golden Truly memutuskan untuk beralih ke perdagangan online di beberapa e-commerce. “Kami akan tetap hadir untuk memenuhi kebutuhan Anda dengan menyediakan koleksi terbaru Golden Truly di online shop  di Tokopedia dan Shopee,” tulis Golden Truly di akun Instagramnya.