Scroll untuk baca artikel
Blog

Setelah Prahara

Redaksi
×

Setelah Prahara

Sebarkan artikel ini

Kehidupan baru diiringi mentari terus saja melaju. Kenapa mendadak tiada lagi ketakutan. Meski masih mengobati lara, tapi manusia banyak semakin liar seperti sediakala.

Paruh kedua menjelang penghujung tahun, sekelompok insan pecinta kehidupan malah menemukan sobekan-sobekan literasi kuno. Berisi racikan menu purba bagi pemeliharaan akal dan otak sehat. Lalu giat tak kenal waktu kembali mengikuti alur para Begawan dahulu kala dalam menuliskan bait bait puisi dan romansa bercinta. Juga, baris baris pengantar tidur serta lajur maut rayuan pangeran sepatu kaca.

Kemudian, bahan emas dicari. Bukan tempaan emas batangan tapi barisan panjang benang emas dari seluruh sudut negeri. “Kita hendak merajut kembali asa yang dahulu sirna dan punah. Ini saatnya menjelang tutup babad tanah berapi, kita naikkan ke puncak paling tinggi dari pengharapan semuanya. Kita tidak boleh berhenti”. Seru sang pemimpin.

Tiba-tiba benang beserta tinta emas ciptaan sang pujangga semburat menyembur dari tangan tangan sakti para pendekar literasi. Kuno dan menyengat. Tapi menyesakkan otak dan kalbu. Tiada terlawan.

Jogja, 28 Desember 2021