Scroll untuk baca artikel
Blog

Shalawat Cinta Harina

Redaksi
×

Shalawat Cinta Harina

Sebarkan artikel ini

Aku sudah tidak kuat menahan rasa sakit. Sepertinya ada bulan dan bintang di kepalaku, keduanya mengelilingku dan meneriakkan kata-kata indah ke telingaku. Wahai jiwa perempuan kecil pembawa gitar shalawat cinta. Hiasi dirimu dengan kalam suci yang mampu mengiris mata hati untuk selalu dekat dengan-Nya.

Lantunan shalawat cinta, aku ucapkan sesekali meski mulutku sudah tak kuat menahan rasa perih. Aku masih ingat kata Pak Ahmad, hiasi mulutmu dengan shalawat cinta dan berbuat baiklah dengan sesama.

Ya mufatttihal abwaab
Yaa musabbibal asbaab
Yaa muqollibal quluubi wal abshoor
Yaa mudabbirol laili wa nahaar
Yaa muhawwilal haala wal ahwaal
Hawwil haalanaa ilaa ahsanil ahwaal

Ya Allah tidak ada suatu kemudahan selain engkau menjadi pembuka
Ya Allah jika engkau berkehendak maka jadikan dia penerang cintaku
Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah
Dan aku bersaksi bahwa cintaku hanya untukmu, rasulmu serta cintaku padanya

* * *

Aku telah mengembara di lautan asmara, di tempat orang-orang yang tidak suka karena mengeluarkan banyak biaya. Namun aku sudah melewati dua bulan di tempat itu, membosankan dan menjenuhkan. Tapi kau bisa mengisi waktu itu dengan berbagai macam hasil karya syair-syair cinta. Aku semakin paham rasa sakit, benci, cinta, kesengsaraan dan kebahagiaan tentunya.

Puji syukur atas nikmat itu kepadaku, aku tidak perlu mengeluarkan biaya pengobatan. Ternyata pemilik dompet itu adalah pengusaha mebel, sehingga biyaya pengobatan menjadi tanggungannya. Bahkan ia juga menginginkanku menjadi anak asuhnya, seperti permintaan pendahulu aku hanya bisa menolaknya dengan lembut tanpa mensakiti keinginannya.

Udara sore sangat menginspirasi, jejak-jejak pena menari indah. Lantunan kalam suci dari balik Masjid menghangatkannya. Anak kecil pengusaha mebel itu kini menjadi anak didikku. Ia aku ajari berbagai macam kehidupan jalanan. Meski jalanan bukan tempat yang baik bagi dirinya. Namun yang terindah yakni ketika kita mampu menghargainya.

Lalu apakah kau tau kabar dari pencopet itu, ternyata ia menemuiku di Masjid tempat yang aku janjikan. Dia pemuda yang sangat tampan dan kekar, jika ia mau hidup bersih dan meninggalkan hal-hal yang bertentangan dengan agama. Mungkin karena hidup kepepet ia bisa menghalalkan berbagai macam cara. Mungkin karena Negara sudah bosan memberikan bantuannya kepada kami orang-orang marjinal.

Meski sudah diperioritaskan dana bantuan, terkadang beberapa persen masuk kantong pribadi. Sehingga ada beberapa penghuni jalanan yang tidak mendapatkan haknya.