BARISAN.CO – Bermain simpel adalah permainan sulit dalam sepak bola. Johan Cryuff, legenda pesepakbola asal Belanda bilang, “kalian harus menembak, jika tidak menembak, kalian tidak dapat mencetak gol,” dikutip dari The National News (23/03/2016).
Sayangnya, menembak bola pun ada tekniknya, dan untuk bisa menembak dengan akurat juga membutuhkan proses yang panjang. Sebab, seringnya ruang tembak tidak mudah didapat.
Formasi adalah kerangka dasar dalam bermain sepak bola. Bentuknya pun beragam, mulai dari 4-3-1-2, 4-3-3, 3-5-2, 3-4-3 dan sebagainya.
Dengan formasi itu juga, penonton sepak bola bisa menebak mana pemain belakang, tengah, dan depan.
Peran Rumit, Pemain Tengah
Pemain tengah atau disebut juga gelandang, menjadi posisi dengan peran yang kompleks. Sebab, ia menyusur area lapangan yang luas, menghubungkan aliran bola dari belakang ke depan, atau sebaliknya, menahan bola dari depan ke belakang. Itu sebabnya, posisinya dianggap rumit.
Gelandang tidak bermain dengan gaya yang monoton, sehingga ada sejumlah istilah untuk cara bermain gelandang, seperti playmaker, trequarista, dan deep lying midfielder. Atau, kadang juga diistilahkan dengan nomor 6, 8, dan 10.
Pemain nomor 6 identik dengan posisi holding midfielder sebagai gelandang bertahan. Pemain nomor 8 biasanya berposisi di tengah-tengah sehingga diasosiasikan sebagai gelandang box-to-box. Sedangkan, pemain nomor 10 sering dinamakan playmaker karena sebagai otak serangan.
Dengan peran yang variatif itu, nyaris mustahil menemukan pemain yang memiliki kemampuan komplit, memainkan semua peran gelandang itu dengan apik. Sebab, gelandang bertahan, misalnya, ia tidak memerlukan permainan yang stylish. Seringnya, ia tampak bermain ngotot dan kejam, bahkan ada yang menyebutnya tukang jagal.
Namun, kalau diurai, sebetulnya holding midfielder mempunyai beberapa peran lain. Selain menjadi gelandang perusak (destroyer atau defensive midfielder), seperti yang sering dilihat, ia juga bisa menjadi gelandang jangkar (deep-lying midfielder), atau gelandang pengendali.
Deep-Lying Midfielder
Modal terbesar menjadi deep-lying midfielder adalah kecerdasan membaca permainan. Ia harus mempunyai kemampuan menahan atau memotong permainan lawan untuk membuka permainan timnya sendiri.
Dalam membuka permainan timnya, deep-lying midfielder memainkan peran sebagai gelandang penetratif. Jadi, kemampuannya mendikte permainan bukan hanya dilihat dari caranya merebut bola, tapi juga bagaimana ia mampu mengalirkan umpan ke depan. Jumlah umpan dan kesuksesan membuat umpan kunci adalah bukti kehebatannya.
Kecerdikan memberi umpan juga tak bisa dilepas dari kejelian memposisikan diri. Sebab, seorang gelandang tidak selesai hanya dengan mengumpan, tapi bergerak mencari ruang lagi untuk menyodorkan bola sampai ke depan.
Itu karenanya, acapkali deep-lying midfielder menjadi maestro atau konduktor yang mengontrol laga. Walaupun, peran ini sebetulnya milik static playmaker atau distributive regista. Namun, beberapa pemain yang bermain sebagai holding midfielder juga mengemban peran ini, yakni menjemput bola dari belakang dan mengalirkan ke depan.
Begitu kira-kira pemain tengah menguasai jalan pertandingan. Kreativitasnya menjadi modal penting untuk timnya mengkreasikan permainan menjadi sebuah gol. Lagi-lagi, bermain simpel adalah permainan sulit dalam sepak bola. Takkan ada gol tercipta tanpa umpan-umpan dari pemain tengah. [rif]