Scroll untuk baca artikel
Terkini

Siapa yang Meledakkan Pipa Gas Rusia?

Redaksi
×

Siapa yang Meledakkan Pipa Gas Rusia?

Sebarkan artikel ini

Kepala Komite Pertahanan di Parlemen Jerman Marie-Agnes Strack-Zimmermann menyebut insiden tersebut sebagai perang hibrida klasik.

BARISAN.COKetegangan antara Rusia dan Uni Eropa sudah pada level membahayakan. Dugaan sabotase pipa gas di Laut Baltik tidak hanya akan merugikan Rusia tetapi juga Eropa.

Seperti disitat dari nytimes.com, Kamis (29/9/2022), sejumlah analis mengatakan serangan terhadap saluran gas di bawah Laut Baltik memperlihatkan kerentanan Eropa. Soal tanggung jawab ada yang menuding menjadi bagian kewenangan otoritas Rusia tetapi tak sedikit juga kalangan yang memilih berhati-hati.

Dalam foto yang beredar dan diunggah sejumlah media arus utama internasional semuanya bersumber pada jepretan militer Denmark. Dalam foto memperlihatkan gas mengalir di lepas pantai Pulau Bornholm pada hari Selasa.

Sebelum muncul aliran gas alam cair, sebelumnya dilaporkan telah terjadi ledakan pada jalur pipa Nord Stream 1 dan 2.

Otoritas Uni Eropa menyebut ledakan pipa kembar itu sebagai sabotase. “Semua informasi yang tersedia menunjukkan kebocoran itu adalah hasil dari tindakan yang disengaja,” kata kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell Fontelles.

Para ahli mengatakan perlu waktu berbulan-bulan untuk menilai dan memperbaiki kerusakan pada jalur pipa Nord Stream 1 dan 2.

Marie-Agnes Strack-Zimmermann, kepala komite pertahanan di Parlemen Jerman, menyebut insiden tersebut sebagai perang hibrida klasik.

Marie-Agnes menyatakan sampai saat ini belum memiliki bukti bahwa Rusia berada di balik serangan itu. Baru sebatas dugaan.

“Putin akan menggunakan setiap tindakan hibrida yang dia miliki untuk membuat bingung orang Eropa, dari makanan, pengungsi hingga energi,” ujarnya.

Juru Bicara Kremlin Dmitri S. Peskov, sudah pasti menyangkal insiden itu sebagai perbuatan Rusia.

Menurutnya, menuduh Rusia sebagai pelaku adalah tindakan sangat bodoh dan tidak masuk akal. Sejauh ini, menurut dia, dengan kondisi mutakhir justru Amerika Serikat yang diuntungkan dengan memasok gas alam cair ke Eropa.

“Ini menunjukkan bahwa Amerika Serikat yang harus disalahkan,” tegasnya.