Scroll untuk baca artikel
Kontemplasi

Sifat Binatang Pada Manusia

Redaksi
×

Sifat Binatang Pada Manusia

Sebarkan artikel ini

Kedua, sesungguhnya pengetahuan Allah yang azali yang tidak terkait dengan zaman dan gerakan di dunia hamba yang baru, bukanlah yang mendorong kebanyakan jin dan manusia kepada kesesatan, melainkan dipicu oleh faktor yang disebut secara tekstual oleh ayat di atas, “Mereka mempunyai akal, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah).”

Mereka tidak membuka akal yang dianugerahkan kepada mereka dengan selebar-lebarnya untuk memahami (ayat-ayat Allah). Mereka juga tidak membuka mata untuk melihat ayat kauniyah, tanda-tanda kekuasaan Allah yang terkait dengan alam semesta.

Mereka pun tidak membuka telinga untuk mendengar ayat-ayat Allah yang dibaca, dikaji, dan di dakwahkan. Mereka benar-benar menelantarkan perangkat-perangkat yang dianugerahkan kepada mereka. Karena itu, mereka hidup dalam kelalaian dan tidak pernah melakukan kontemplasi (perenungan). Maka mereka dikatakan, “Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”.

Akal adalah Pemimpin Tubuh

Penyebutan secara khusus akal atau hati, mata dan telinga, menunjukkan betapa pentingnya ketiga organ ini. Mereka bisa mengantarkan ke surga manakala digunakan dengan baik untuk meningkatkan ilmu, iman dan takwa. Akan tetapi, mereka juga bisa menjerumuskan ke neraka manakala ditelantarkan dan tidak digunakan untuk memahami Allah.

Didahulukannya akal dari penyebutan mata dan telinga juga memperlihatkan urgensi hati atau akal bagi keseluruhan tubuh manusia. Hati menjadi tempat, kekuatan berpikir dan keyakinan manusia. Karena itu, hati sangat menentukan baik dan buruk manusia secara menyeluruh, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Ingatlah bahwa di dalam tubuh manusia ada segumpal organ, bila ia baik maka baiklah seluruh tubuh manusia itu. Dan bila dia rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Organ itu adalah hati (akal),” (HR Bukhari Muslim).

Sifat binatang pada manusia, dengan demikian, menjaga kesehatan akal berarti menjaga manusia secara keseluruhan. Sedangkan membiarkan akal rusak sama dengan merusak manusia itu sendiri. Hal ini sangatlah rasional mengingat hati adalah tempat bersemayamnya keyakinan yang akan menentukan visi hidup seorang manusia, sumber niat, motivasi, selera dan emosi yang akan mengarahkan amal seseorang dan menentukan mutunya.

Tak Berhati Tak Berakal