“Ada upaya pemerintah mengintimidasi dan melecehkan saya dan Rappler serta secara tidak langsung para wartawan lain,” kata Ressa, dikutip dari hasil wawancaranya dengan Tempo.
Namun meski posisinya sangat rentan dan menerima banyak tekanan, Ressa membuktikan bahwa jurnalisme mampu mengubah situasi lebih baik dan mampu menjaga demokrasi.
Profil Dmitry Muratov

Tak jauh berbeda dengan Maria Ressa, Dmitry Muratov juga menghadapi rezim berwatak otoriter.
Dmitry Muratov adalah pemimpin redaksi Novaya Gazeta, salah satu koran ternama di Rusia yang kritisi terhadap pemerintahan Vladimir Putin.
Sikap kritis Novaya Gazeta telah secara konsisten ditunjukkan sejak media ini berdiri, 1993. Pilihan sikap ini bukan tanpa membawa petaka. Sekurang-kurangnya, sudah ada enam jurnalis Novaya Gazeta terbunuh akibat pemberitaan yang dibuat.
Hingga saat ini Novaya Gazeta masih menerima banyak ancaman. Walau begitu, media ini tetap saja intens menaikkan puluhan ribu artikel tentang korupsi, kekerasan polisi, penangkapan ilegal, hingga kecurangan pemilu.
Dmitry Muratov sendiri juga banyak menerima ancaman pembunuhan. Moratov banyak mendapat tekanan untuk tak lagi menonjolkan independensi koran Novaya Gazeta.
Tetapi Muratov menolak. Ia tetap memilih konsisten dengan jalan pedang yang sejak lama ditunjukkan medianya. Ia juga tak surut membela hak jurnalis untuk menulis apapun yang mereka inginkan selama mereka mematuhi standar profesional dan etika jurnalisme.
Oleh karena itulah Komite Nobel tak ragu menyebut bahwa Dmitry Muratov telah berjasa besar dalam puluhan tahun karirnya mempertahankan kebebasan berpendapat di Rusia. [dmr]