BARISAN.CO – Sinyal kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi jenis Pertalite dan Solar semakin kencang. Indikasi kenaikan harga BBM ini terlihat ketika anggaran subsidi dan kompensasi energi di Indonesia pada tahun 2022 membengkak sampai Rp 502 triliun. Dengan rincian, subsidi sebesar Rp208,9 triliun dan kompensasi Rp293,5 triliun.
Dengan besarnya subsidi yang digelontokan pemerintah untuk BBM, harga BBM di Indonesia bahkan termasuk murah jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara.
Pertamina Patra Niaga mengungkapkan bahwa konsumsi harian BBM secara nasional tahun ini sudah melampaui level konsumsi pada masa pandemi Covid-19. Di sisi lain, kuota BBM bersubsidi Pertalite dan Biosolar semakin menipis.
“Rata-rata konsumsi harian BBM nasional di tahun 2022 ini sudah lebih tinggi dibandingkan konsumsi normal harian sebelum pandemi ditahun 2019,” kata Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting, dalam keterangan tertulis, dikutip Senin (22/8/2022).
Irto menambahkan bahwa untuk mengantisipasi tingginya permintaan, Pertamina Patra Niaga Sebagai badan usaha yang diamanahkan untuk menyalurkan BBM bersubsidi akan memastikan stok BBM dalam kondisi aman dan distribusi ke SPBU akan dimaksimalkan.
Menurut Irto, naiknya konsumsi BBM didorong oleh bangkitnya aktivitas ekonomi pasca pandemi sehingga meningkatkan kebutuhan energi masyarakat.
Kenaikan Harga BBM Bakal Diumumkan Jokowi Pekan Ini
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pemerintah tengah menyusun skema penyesuaian harga BBM. Upaya tersebut dilakukan untuk mengurangi beban subsidi dan kompensasi energi tersebut.
Luhut bahkan menyebut Jokowi akan mengumumkan kenaikan harga BBM pada minggu ini. Menurut presiden, kata Luhut, pemerintah tidak bisa terus mempertahankan harga Solar dan Perrtalite di harga saat ini.
“Itu modelling ekonominya saya kira sudah dibuat, nanti mungkin minggu depan Presiden akan mengumumkan mengenai apa, bagaimana, mengenai kenaikan harga ini,” katanya dikutip Antara, Jakarta, Jumat (19/8/2022).
“Jadi Presiden sudah mengindikasikan tidak mungkin kita pertahankan terus demikian, karena kita harga BBM termurah se-kawasan ini. Kita jauh lebih murah dari yang lain dan itu beban terlalu besar kepada APBN kita,” tambahnya.
Adapun saat ini, pemerintah masih di tahap menghitung beberapa skenario penyesuaian subsidi dan kompensasi energi dengan memperhatikan dampaknya terhadap masyarakat. Dia juga menyatakan, harga BBM di Indonesia relatif lebih murah dibandingkan mayoritas negara di dunia.
“Langkah yang disimulasikan termasuk skenario pembatasan volume. Pemerintah akan terus mendorong penggunaan aplikasi MyPertamina untuk mendapatkan data yang akurat sebelum pembatasan diterapkan,” ujar Luhut.