BARISAN.CO – Meski diperkirakan masih negatif 1,5 persen sampai negatif 0.5 persen, data ekonomi kuartal pertama 2021 menunjukkan harapan akan terjadinya pemulihan.
Ekonom Senior Fadhil Hasan mengatakan, walaupun membawa harapan, kabar itu perlu disikapi dengan penuh kewaspadaan lantaran belum ada jaminan apakah perbaikan tersebut bisa berkelanjutan.
“Perkembangan positif vaksinasi semakin menguatkan harapan akan pemulihan ekonomi. APBN sebagai instrumen kebijakan fiskal melanjutkan peran sentralnya dalam mendorong proses pemulihan melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).” Kata Fadhil Hasan dalam webinar Narasi Institute, Jumat (30/4/2021).
Sementara lanjutnya, ekspor juga terus mengalami perbaikan sehingga Indonesia mencatatkan surplus dalam beberapa bulan terakhir ini akibat peningkatan harga berbagai produk andalan ekspor seperti CPO, batubara, dan lain-lain.
“Namun, konsumsi masih menunjukkan sinyal yang mixed padahal sumbangan konsumsi pada PDB masih dominan. Perbaikan indikator konsumsi belum memadai dan cukup kuat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.” Katanya.
Fadhil Hasan mengingatkan agar pemerintah tetap berhati-hati dalam mengelola perekonomian. Hal itu agar tidak timbul pesimisme baru dan perbaikan terus berkelanjutan.
Ia menyebut, ada lima faktor pesimisme yang perlu diwaspadai. Pertama, ada pada sisi permintaan terutama dunia usaha yang masih lesu. Kedua, ada pada sisi lambannya waktu pemulihan yang lebih panjang dibandingkan dengan negara lain.
“Pesimisme ketiga, tidak terkelolanya utang luar negeri yang semakin membengkak. Pesimisme keempat pada penerimaan pajak yang turun drastis dimana tax ratio menunjukkan penurunaan dari tahun ke tahun, dan pesimis kelima adalah ancaman gelombang ketiga COVID19 dan meningkatya kasus pandemi di berbagai negara seperti India dan EU.” Katanya.
Selain itu Fadhil juga mengatakan perlunya kehati-hatian pada faktor eksternal. Hari ini, sedang terjadi percepatan pemulihan ekonomi di Amerika Serikat yang tumbuh sebesar 6,43% pada triwulan I-2021. Diperkirakan itu akan terus menguat pada triwulan berikutnya akibat stimulus Covid-19 sebesar US$1,9 triliun dan infrastruktur sebesar US$2,3 triliun.
“Itu berpotensi mendorong the FED untuk meningkatkan FED fund rate yang pada gilirannya capital outflow dari negara-negara emerging markets termasuk Indonesia mengalami taper tantrum seperti terjadi pada tahun 2013-2015,” ujarnya.
Oleh karena itu Fadhil Hasan mengingatkan, agar pemerintah benar-benar ada fokus mengelola perekonomian. Salah satu yang mendesak adalah dengan memastikan bahwa program PEN berjalan efektif dan efisien.
“Harus ada pemulihan dunia usaha terutama UMKM, percepatan dan perluasan bantuan sosial dan perlindungan masyarakat, dan menunda berbagai program pembangunan infrastruktur yang tidak memberikan dampak langsung pada ekonomi dalam jangka pendek-menengah seperti Ibu Kota Negara dan lain-lain,”
“Program PEN sangat krusial sebagai instrumen utama pemerintah untuk menjaga konsumsi RT dan keberlangsungan aktivitas usaha, pemerintah harus serius sekali.” Ujar Fadhil Hasan. []