BARISAN.CO – Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Romo Antonius Benny Susetryo mengimbau Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan-Ristek dalam pelaksanaan perumusan peta jalan pendidikan tidak terburu-buru dan berhati-hati.
Dikhawatirkan, jika dilakukan secara tergesa-gesa tanpa sosialisasi maka akan menimbulkan persoalan sehingga (merugikan) tenaga pengajar dan siswa.
“Anak didik bukanlah kelinci percobaan dari kebijakan yang problematis, mereka sudah lelah selalu menjadi kambing hitam berbagai proyek pendidikan yang tidak jelas ujung pangkalnya, dari zaman kemerdekaan hingga kini,” ucapnya dalam refleksi hari Pendidikan Nasional Minggu, (2/5).
Dirinya menegaskan bahwa urusan pendidikan tidak hanya akan selesai sebatas seremonial, tetapi harus mempertimbangkan segala kebijakan dari aspek pendidikan yang akan dikeluarkan dan tidak dipolitisasi.
“Pendidikan belum maju tetapi bangsa selalu disuguhi, perubahan terkait aturan pendidikan yang terkadang erat dengan politik pendidikan kekuasaan,” tegasnya.
“Hal ini seolah-olah merupakan kebijakan like and dislike yang bisa diterapkan asal-asalan dan mengabaikan hakikat serta visi pendidikan itu sendiri,” sambungnya.
Dari semua rencana dan eksekusi yang telah dilakukan oleh Kemendikbud-Ristek tersebut, katanya, perlu diperhatikan sosialisasi ke depannya kepada para pemangku kepentingan dan juga masyarakat luas.
“Misalnya, rencana peleburan sejumlah mata pelajaran di jenjang Sekolah Dasar, banyak pihak menilai sebagai rencana yang sulit diterima,” jelasnya.
Integrasi mata pelajaran diprediksi tidak berlangsung mulus karena menyangkut berbagai komponen, mulai dari guru sampai kompetensi. Bila dilakukan tanpa perencanaan yang matang, kata Benny, maka hal tersebut akan mengulang kisah-kisah pilu masa lalu pendidikan nasional.
“Problem selama ini bukan semata-mata soal kurikulum, tapi paradigma pendidikan yang kerap mengabaikan upaya memanusiakan manusia,” ujarnya.
Dunia pendidikan menjadi carut-marut, tidak tentu arahnya, bila elite berpikir sempit dan jangka pendek, pendidikan akan musnah.
“Memajukan pendidikan adalah sebuah pekerjaan panjang. Kebiasaan berpikir jangka pendek telah membutakan mata hati dan membelokkan arah pendidikan,” terangnya.
Menurutnya perlu mengubah paradigma guru sebagai teman dan rekan siswa. Mereka harus mampu memberi alternatif saat menemukan masalah.
“Guru bukan hanya mentransfer ilmu, dia harus bisa memberi teladan. Masalahnya, guru tidak lagi memiliki ilmu mendidik karena hanya menjadi mentor. Dengan begitu, perubahan kurikulum tidak masalah,” tuturnya.
Indonesia membutuhkan visi pendidikan yang terarah, namun hanya bisa terjadi bila ada kemauan politik. Oleh karena itu, di Hari Pendidikan Nasional ini harus menjadi refleksi bagi setiap individu dan marilah kita bersama membangun visi pendidikan yang terarah demi kemajuan bangsa.
Sebelumnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) masih terus merumuskan Peta Jalan Pendidikan Nasional 2020-2035 yang bakal didorong untuk menjadi peraturan presiden (Perpres). [dmr]