Scroll untuk baca artikel
Terkini

Standar Ganda Media Barat atas Invansi Rusia

Redaksi
×

Standar Ganda Media Barat atas Invansi Rusia

Sebarkan artikel ini

Media Barat kala memberitakan warga sipil Ukraina yang membuat bom molotov untuk membela negaranya, media sebut sebagai pahlawan atau pejuang kemerdekaan.

BARISAN.CO – Tidak dapat dipungkiri bahwa media Barat telah menggunakan standar ganda untuk melawan saingannya. Misalnya saja saat melaporkan tragedi massal, aturan jurnalisme adalah peka terhadap para korban dan mereka yang berduka.

Media Barat terkadang mengabaikan aturan itu saat melaporkan bencana di negara non-Barat. Atau yang paling baru ketika Rusia menyerang Ukraina saat ini.

Ada beberapa contoh, standar ganda media Barat. Kelly Cobiella dari NBC berkata, “Terus terang, ini bukan pengungsi dari Suriah, ini adalah pengungsi dari negara tetangga Ukraina. Itu sejujurnya adalah bagian darinya. ini adalah orang-orang Kristen, berkulit putih, mereka sangat mirip dengan orang-orang yang tinggal di Polandia.”

Sabtu (26/2/2022), BBC menjamu mantan wakil agung Ukraina, David Sakvarelidze. Saat itu, David mengatakan, dia sangat emosional saat melihat orang-orang Eropa dengan rambut pirang dan bermata biru terbunuh setiap hari lewat rudal, helikopter, dan roket milik Rusia. Pernyataan itu seperti propaganda Nazi bahwa orang bermata biru ras Arya lebih unggul dari yang lain.

Komentator Aljazeera English, Peter Dobbie pun sama biasnya, sebab menilai dari cara berpakaian.

“Ini adalah orang-orang kelas menengah yang makmur, ini jelas bukan pengungsi yang mencoba melarikan diri dari Timur Tengah yang masih dalam keadaan perang besar. Ini bukan orang-orang yang mencoba melarikan diri dari daerah Afrika Utara. Mereka terlihat seperti keluarga Eropa mana pun yang akan Anda tinggali disebelahnya,”

Baik CNBC jaringan AS dan Al Jazeera telah meminta maaf karena koresponden dan pembawa berita mereka tidak sensitif.

Rasisme dan Supremasi Kulit Putih

Orang Afrika yang telah tinggal di Ukraina terjebak selama berhari-hari di perbatasan ke negara tetangga Uni Eropa, meringkuk kedinginan, tiada makanan, dan tanpa tempat tinggal. Mereka ditahan oleh otoritas Ukraina yang mendorong mereka ke ujung antrian panjang. Dan ada juga yang dipukuli agar orang Ukraina bisa lewat.

Penjaga Ukraina dan Polandia mendorong kembali orang sub-Sahara dan Afrika Utara dari antrian panjang yang menunggu menyeberang ke Polandia dengan mengatakan “Ukraina harus lewat dulu”. Hak untuk menjadi pengungsi diberikan berdasarkan kebangsaan dan oleh karena itu melanggar hak universal yang dilindungi Hukum dan Konvensi Internasional.

Presiden Nigeria, Muhammadu Buhari mengecam pihak berwenang Polandia yang menolak warganya. Ada sekitar 4.000 siswa Nigeria di Ukraina.

Melalui twitter pribadinya, pada Senin (28/2/2022), Muhammadu mengatakan, ada laporan yang tidak menguntungkan tentang polisi dan personel keamanan Ukraina yang menolak mengizinkan orang Nigeria naik bus dan kereta menuju perbatasan Ukraina dan Polandia.

Sedangkan, mengutip Brookings, Ukraina menyatakan mereka pertama-tama akan mengizinkan perempuan dan anak-anak menggunakan kereta api dan transportasi ke luar negeri untuk melarikan diri dari invansi Rusia. Namun yang terlihat, perempuan dan anak-anak itu berasal dari Ukraina dan Eropa. Sebab, orang kulit hitam mendapat dorongan hingga keluar dari kereta. Dan pengemudi kulit hitam ditegur dan dihentikan oleh orang Ukraina saat mencoba melarikan diri. Lebih gilanya lagi, ada laporan tentang hewan yang mendapat izin naik kereta daripada orang Afrika.

Komentar dari pejabat dan jurnalis yang meliput konflik di Ukraina seperti di atas mengungkapkan bias rasial mendalam.

Pahlawan vs Teroris


Media Barat seperti The New York Post kala memberitakan warga sipil Ukraina yang membuat bom molotov untuk membela negaranya, media sebut sebagai pahlawan atau pejuang kemerdekaan. Hal itu terbalik, saat Palestina melawan Israel justru mereka mendapat label teroris di saat mereka mempertahankan tanahnya.