Scroll untuk baca artikel
Gaya Hidup

Standar Kecantikan, Penyebab Gangguan Dismorfik Tubuh

Redaksi
×

Standar Kecantikan, Penyebab Gangguan Dismorfik Tubuh

Sebarkan artikel ini

Orang yang melakukan estetika ekstrem ketika menjadi sorotan dan mendapatkan perhatian, termasuk perhatian negatif cenderung tidak berpikir sedang memiliki masalah psikologis.

BARISAN.CO – Banyak orang hari ini membandingkan dirinya dengan orang lain. Bahkan, di antara mereka ada yang mengubah bentuk tubuh, penampilan, dan mungkin kepribadiannya hanya untuk tampak serupa dengan orang tersebut.

Seorang penulis asal Rusia, Anton Chekhov berkata, “Tidak ada yang lebih mengerikan, menghina, dan menyedihkan daripada banalitas”. Semuanya ini dimulai dari insecurity dan desakan standar kecantikan yang terus diiklankan dengan boombastis.

Di jaman dulu, perempuan mengubah bentuk tubuhnya dengan menggunakan korset agar pinggangnya tampak bagai jam pasir. Justru ini, mengubah bentuk tulang rusuk dan membuat tulang belakang menjadi tidak sejajar. Tidak hanya itu saja, korset juga memengaruhi perilaku perempuan menurut seorang dokter Perancis yang menerbitkan buku tentang efek korset di tahun 1905.

Namun, kini beberapa orang cenderung ingin sekali menyerupai sosok idolanya. Ophelia Vanity menghabiskan US$35.000 untuk mengubah dirinya menjadi manusia barbie. Uang itu digunakan untuk prosedur kosmetik dan implan payudara serta bokongnya. Ophelia juga ingin menjalani operasi pengangkatan tulng rusuk agar tubuhnya membentuk jam pasir.

“Saya selalu menyukai Barbie. Sebagai seorang anak, saya akan mendapatkannya setiap Natal atau ulang tahun,” kata Ophelia.

Tak jauh berbeda dengannya, model asal Ukraina, Valeria Lukyanova juga dikenal sebagai manusia Barbie. Namun, Valeria menolak dirinya disebut sebagai imitasi dari boneka Barbie.

Mengutip Womens Health Mag, pakar citra tubuh di Boise State University, Mary Pritchard mengatakan, mencoba berpenampilan terbaik memang hal yang wajar, namun menggunakan estetika ekstrem dan mengejarnya dengan maksimal kemungkinan memiliki gangguan dismorfik tubuh.

Menurut Mary, akar dari fiksasi fisik itu sering dimulai dari usia muda.

“Biasanya antara usia 3-5 tahun, Anda memiliki gambaran seperti apa bentuk tubuh Anda. Seiring bertambahnya usia, sekitar 6-8 tahun, Anda sudah memiliki gambaran apakah tubuh Anda memenuh standar atau ideal,” ungkap Mary.

Proses ini yang disebut teori perbandingan sosial oleh para psikolog.

“Mekanisme yang sama memungkinkan Anda belajar berjalan dan berbicara dengan membandingkan gerakan diri sendiri dengan orang lain juga memungkinkan mempelajari hal lain tentang diri Anda, termasuk bahasa tubuh,” ujar Mary.

Mary mengungkapkan, penelitian menunjukkan bahwa 80 persen anak perempuan berusia 10 tahun sudah melakukan diet untuk menurunkan berat badan. Dia juga menjelaskan, orang seperti Valeria dan Ophelia ketika menjadi sorotan dan mendapatkan perhatian, termasuk perhatian negatif cenderung tidak berpikir sedang memiliki masalah psikologis. Mereka hanya berpikir itu hanya kecemburuan.

Fakta lain, standar tubuh nan ideal masih bertahan berkat media dan teknologi yang sulit dihalangi daripada sebelumnya. Orang dengan gangguan dismorfik tubuh melihat itu bukan penghalang.

“Kita hidup dalam budaya di mana orang dicap karena penampilan mereka,” tutur Mary.

Itulah alasan body positivity sangat penting. Begitu orang menyadari tentang kekurangannya, kecil kemungkinan menyerah pada tekanan agar tampak sempurna. [rif]