Scroll untuk baca artikel
Blog

Steve Jobs dan Bisnis ala Bajak Laut

Redaksi
×

Steve Jobs dan Bisnis ala Bajak Laut

Sebarkan artikel ini

BEBERAPA media besar seperti Time mengulas hampir semua peluncuran produknya. Meski mangkat 5 Oktober 2011 lalu, sampai kini dan seterusnya ia akan tetap dikenang sebagai sosok yang lumayan komplet: penemu, perancang, pemantik revolusi komunikasi, juga pengusaha sukses. Tak keliru bila kita bertanya: apa rahasia Steve Jobs sehingga bisa seperti itu?

Steve Jobs tidak memiliki bola kristal yang membuatnya dapat membuat produk-produk yang luar biasa dan selalu mengagumkan. Ia manusia, dan karena itu bisa ditiru siapa pun.

Bahkan mungkin kelak ada yang melampauinya. Beruntunglah kita karena Jay Eliot menulis The Steve Jobs Way ini. Namun, alih-alih diterjemahkan atau menggunakan judul aslinya, buku ini menggunakan kata-kata Steve Jobs dalam pidatonya di Stanford pada 2005 yang mengagumkan itu: Stay Hungry, Stay Foolish.

Ini bukan buku biografi Steve Jobs, melainkan hanya membahas jalan bisnisnya. Menurut mantan Wakil Presiden Apple Computer ini, kunci pokok keberhasilan Steve Jobs hanya satu: memilih menjadi bajak laut ketimbang angkatan laut. Pirates! Not the Navy (Bajak Laut! Bukan Angkatan Laut).

Tentu saja, ini metafora. Dalam konsep bajak laut, tidak ada soal kemapanan. Untuk itulah, judul buku ini sangat pas mewakili Steve Jobs: Selalu Merasa Lapar, Selalu Merasa Bodoh. Ia sosok anti-kemapanan sejati.

Bajak laut selalu merasa harus menciptakan segala sesuatunya; angkatan laut tinggal menggunakan segala fasilitas yang sudah disiapkan. Jadi, dalam soal kehidupan, bajak laut harus selalu memutar otak untuk bisa mempertahankan hidup.

Angkatan laut tinggal menggunakan semua fasilitas yang ada untuk melanjutkan hidup. Bajak laut tidak selalu yakin bahwa mereka akan selalu memiliki kapal sebagaimana anggota angkatan laut. Moto inilah yang menjadi motor kesadaran setiap karyawan yang berada di bawah naungan Jobs.

Dalam lingkungan yang benar, didorong oleh keberanian yang tepat, para bajak laut dapat mencapai apa yang tak dapat dicapai angkatan laut.

Namun, bajak laut bukan hanya mengenai produk, dia meliputi pemikiran bebas di luar kebiasaan mengenai semangat revolusioner yang ingin Steve kembangkan, termasuk dalam pemasaran.

Dalam dunia pemasaran konvensional, ada pakem yang selalu dikumandangkan ribuan pakar bisnis di seluruh dunia: Anda harus mengetahui dulu apa kebutuhan dan keinginan konsumen. Dari situlah lahir produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar tersebut.

Namun, Steve mengambil jalan beda. Sering kali konsumen tidak tahu apa yang mereka butuhkan, kata Steve, sampai kita menunjukkan kepada mereka kebutuhan mereka.

Berbicara tentang produk, seluruh hidup Steve Jobs didedikasikan untuk mengagungkan produk. Hasrat Steve terhadap produk sangat besar. Ia begitu memperhatikan detail produknya. Jika merasa produknya belum sempurna, ia menunda peluncurannya, bahkan jika acara peluncuran itu sudah tersebar ke mana-mana. Ia tidak main-main dengan produknya.

Ia bisa begitu karena ia seorang konsumen terhebat di dunia. Jay melihat itu ketika pertama kali bergabung dengan Apple. Jobs meniupkan kehidupan ke dalam Macintosh sebagai “komputer untuk kita semua”.

Ia menghadirkan iTune Store dan iPod atas kecintaannya terhadap musik. Ia menyukai kenyamanan ponsel namun membenci ponsel berat, menjijikkan, dan sulit digunakan yang beredar di pasar.

Ketidakpuasan tersebut membuatnya menghadirkan iPhone kepada dirinya sendiri dan kita semua. Steve Jobs menyelamatkan, mengembangkan, dan mengubah masyarakat dengan menuruti hasratnya terhadap produk.

Meski dikenal sebagai pemimpin yang temperamental, ia bisa membuat orang takjub dan kagum kepadanya. Jika marah, kemarahannya hanya sebentar. Keesokan harinya, ia akan bersikap seperti biasa.